Thursday, June 5, 2014

Maramaramara

"Anger is an emotion characterized by antagonism toward someone or something you feel has deliberately done you wrong. " - American Psychological Association

Dari situ dapat diketahui bahwa kalimat itu ditulis dalam bahasa Inggris.

Oke, oke, sekarang serius.

Amarah adalah bagian dari luapan emosi seseorang yang bisa dipicu oleh beberapa hal. Gue akan mengutip kata-kata dari seorang tokoh dunia, Al Ghazali. Ia berkata, "Cara jadi orang ganteng itu rajin-rajin make Ponds. Pondsnya bukan diolesin ke muka, tapi diminum".

Ah, shit, bukan Al-Ghazali anaknya Ahmad Dhani maksud gue. Sialan gue masih gagal fokus. Maklum, gue ngetik make keyboard pianika. Jadi yang bener gue pengen ngutip kata-katanya Imam Al Ghazali. Gue ngutip gak langsung aja dari kitabnya Ilya Ulumuddin. Jadi menurutnya sikap marah itu dibagi atas 3 poin berdasarkan sifat dan latar belakang penyebabnya. Yang pertama adalah marah yang terpuji, yaitu marah yang timbul karena Allah swt dan agamanya. Singkatnya ini berkenaan dengan segala bentuk pelecehan dan penghujatan yang diterima. Kita marah untuk menunjukan pembelaan, bukan meng-exspose arogansi. Yang kedua adalah marah yang tercela, yaitu sikap marah yang disebabkan oleh hal-hal maksiat dan hawa nafsu. Dan yang terakhir adalah marah yang diperbolehkan, yaitu amarah yang diakibatkan oleh hal-hal di luar kemaksiatan. Mungkin kalo dijelasin dengan contoh, amarah ini terjadi atas bentuk reaksi dari suatu aksi konfrontatif. Misalnya kita lagi jalan tiba-tiba pantat kita disedot make vacuum cleaner, nah itu baru marah.

Seperti yang gue bilang sebelumnya, amarah adalah salah satu dari luapan emosi seseorang. Jadi ketika orang tersentuh sisi emosionalnya, respon yang diberikan gak melulu harus marah. Bisa aja luapan emosi itu berupa tangisan atau segala bentuk patologi perasaan lainnya yang menunjukan reaksi dari suatu permasalahan. Ya gampangnya ketika gue ditendang orang dari belakang, gue gak langsung marah, gue bakalan ketawa terbahak-bahak, abis itu gue bor pantatnya.

Banyak hal yang orang lakukan saat lagi katarsis. Yah, tereak-tereak, swearing, bermonolog kayak orang gila (berpikir kalo kita lagi ngomel-ngomel di depan orang imajiner), banting barang, nonjok tembok, ampe mungkin mukul-mukulin diri sendiri. Biasanya kalo gue udah ngamuk-ngamuk kayak gitu, mata tuh udah gelap banget, kayak pikiran udah dimasukin ama setan. Jantung deg-degan, dada panas, muka merah, pantat meleleh, gue gak nyadar setrikaan nempel di pantat.

Ada banyak tempat yang suka menjadi pemicu amarah kita; sekolah, kampus, tempat kerja, pokoknya segala tempat yang membawa kejenuhan kita dalam beraktivitas. Di mana kita berjibaku, dibawa pada suatu titik jenuh dari rangkaian kegiatan harian yang menguji kesabaran kita. Intinya suatu zona nonkomformitas memberikan kita tekanan terhadap pikiran dan hati. Merujuk pada itu, maka rumah juga bisa masuk dalam irisan zona tersebut. Ya mungkin ada yang punya masalah ama sodara atau orang tua, bahkan rumah yang seharusnya menjadi zona paling kondusif dan aman aja masih menyimpan potensi untuk mengurung kedamaian hati kita. Satu tempat lain yang selalu menjadi sarang bagi penguji-penguji amarah kita adalah jalan raya. Udah di rumah kayak gitu, tempat kerja bikin jenuh, nah ini ditambah lagi dengan jalan raya yang penuh dengan setan jalanan. Ngeliat jalan raya ibu kota yang penuh dengan angkot ngetem, motor motong, dan nenek-nenek nge-gym emang suka ngebuat frustasi para pengguna jalan, termasuk gue. Bayangin aja, gue lagi ngebut di jalan tiba-tiba ada nenek-nenek naek treadmill nyalip gue, gimana gak emosi?


Biar bagaimanapun, marah meledak-ledak di depan orang harus dihindari. Ketika gue marah di depan orang, yang menerima efek marah itu bukan cuman gue, tapi juga orang lain, dan efek tersebut gue yakin bukan cuman sesaat. Jadi jangan dipikir yang enggak nyaman tuh cuman orang yang nerima kemarahan, tapi juga orang yang marah itu sendiri. Efek setelah marah adalah kelegaan sesaat dan rasa sakit setelahnya. Yang merasakan efek negatif bukan hanya orang lain, tapi juga kita sendiri. Orang lain merasa sakit hati, kita juga pasti merasakan sakit akibat kerenggangan hubungan kita dengan orang tersebut. Yang awalnya temenan baek, terus jadi selek-selekan, berantem-beranteman, akhirnya jadi musuh-musuhan. Enggak ada yang enak dari punya musuh bagi kita sebagai makhluk sosial. Semua berawal dari marah. 

Selain itu, gak cuman efek pada hubungan sosial, ada beberapa efek negatif juga bagi kesehatan tubuh dari amarah itu sendiri. Penyakit jantung, gangguan pernapasan, darah tinggi, sakit kepala, stroke adalah sebagian kecil dari efek buruk marah bagi tubuh.Ya bayangin aja orang bisa sakit kepala kalo marah-marah sambil jedorin pala ke tembok.

Marah-marah mulu juga bisa bikin cepet tua. Dengan marah, otot-otot muka kita akan lebih sering berkontraksi yang nantinya akan menyebabkan keriput. Udah gitu, marah juga bisa bikin hormon stres kita, termasuk adrenalin, dan kortisol memompa jantung untuk berdegup lebih kencang.  Ketiga hormon tersebut dalam kadar tinggi dapat memberikan dampak buruk bagi jantung. Ya kalo kate, Jerry Kiffer, MA, peneliti bidang jantung dan otak dari Cleveland Clinic’s Psychological Testing Center, AS; hal itu terjadi karena otak memompa terlalu cepat, pembuluh darah mengerut, dan tekanan darah naik. Katanya itu bisa merusak arteri. Terus waktu kita marah juga organ-organ tubuh kita banyak mengalami perubahan, ujung-ujungnya bisa mempercepat proses kematian. Ya gitu.

Ya itu cuman beberapa alasan kenapa kita seharusnya menghindari amarah yang berlebih. Sayangnya banyak orang mengukur nilai seseorang dari tingkat kemarahan yang bisa dia keluarkan. Maksudnya ketika kita dibilangin, "Lo kan orangnya gak bisa marah", itu mengimplikasikan 2 penafsiran yang berbeda. Yang pertama kita itu orangnya baek, kalem, dan penyabar; yang kedua adalah kita itu orangnya lembek, gampangan, dan gak ada harganya. Kita bisa ambil penafsiran yang pertama kalo kita orangnya super positif, walaupun kita juga gak bisa mengesampingkan interpretasi yang kedua. Ketika orang berpendapat kayak gitu tentang kita, seakan-akan secara gak langsung orang itu pengen bilang kalo dia bisa berlaku senaknya nginjek-nginjek kita karena gak bakal ada reaksi yang perlu ditakuti. Misal dia punya utang ke kita, terus karena dia berpikir kalo kita gak bisa marah, lantas dia jadi ngegampangin tanggung jawabnya buat ngebayar utang. Atau ada juga yang karena terlalu ngeremehin kita, jadinya dia dengan asyik ngegesek pantat kita make benang gelasan. Ada aja.

Sebenernya untuk disegani, kita gak perlu repot-repot ngeluarin emosi. Dalam konteks ini, seenggaknya secara psikologis, kita dibagi atas 3 sikap; submisif, asertif dan agresif.

  1. Submisif. Orang submisif biasanya pencinta damai, sebisa mungkin menghindari segala bentuk konfrontasi apapun yang berpotensi menghasilkan konflik. Dia juga suka terhambat dalam mengekspresikan diri, cenderung dikuasai rasa takut & tertekan, serta cenderung bereaksi di belakang. Jadi bisa dibilang kalo dia digebuk make bangku dari belakang, dia marahnya baru 3 tahun kemudian. Orang-orang kayak gini punya tingkat toleransi yang sangat tinggi; mengalahkan kebutuhan diri dan menyerah pada permintaan orang lain. Selain itu juga biasanya orang kayak gini tuh kelewat baik, kalo mau ngomong dipikir-pikir dulu kata per kata-nya sebelum dikeluarkan agar gak menyinggung orang lain, pokoknya mikirin perasaan orang laen banget deh. 
  2. Asertif. Orang asertif adalah orang yang tegas, berani mengungkapkan perasaan terdalamnya (asik) tanpa menafikan harga diri orang lain. Maksudnya, walau dia kagak tertutup macem orang submisif, dia masih menghargai dan menghormati orang lain. Jadi kalo ada hal yang gak berkenan, biasanya ama dia langsung diungkepin di depan, tapi dengan bijak dalam berkata. Kebutuhan diri dan kebutuhan orang dipandang seimbang, menjelaskan bahwa tipe-tipe orang kayak gini tuh kagak bakalan mau ditindas ama kepentingan orang lain, juga tetap menghargai kebutuhan orang tersebut. 
  3. Agresif. Orang agresif merupakan orang paling jujur dan super terbuka. Gak ada batasan dalam berpendapat, cenderung memaksakan kehendak, gampang marah, dan selalu menimbulkan ketegangan. Orang kayak gini biasanya kalo ngomong suka nyakitin orang laen.
Sebenernya secara natural kita punya ketiga sikap itu, cuman mungkin penempatan konteks situasi atas masing-masing yang mendominasilah yang menjadi pembeda. Begitu banyak dampak yang bisa dihasilkan dari marah yang mungkin belom temen-temen ketahui (dan pastinya berada di luar dari tulisan ini). Jadi dari pos gue kali ini, poin yang dapat disimpulkan adalah:
  • Kalo mau dipandang, maka bersikaplah asertif. Terlalu baik bisa diremehin dan terlalu agresif bisa dijauhin.
  • Marah bikin buta, buta bikin salah, salah bikin penyesalan, penyesalan bikin masalah, masalah bikin stres, stres bikin cepet tua, cepet tua bikin cepet mati.
  • Gak ada orang yang seneng pantatnya disedot make vacuum cleaner. 
  • Dan entah kenapa di tulisan ini gue kayak semacem terobsesi gitu sama pantat. Segala pantat dibor lah..

Dan terakhir banget sebagai penutup, gue mo ngutip sabda Rasul:

"Orang kuat itu bukanlah yang menang dalam gulat tetapi orang kuat adalah yang mampu menahan nafsu amarahnya." (HR. Bukhari dan Muslim)