Thursday, November 28, 2013

Sensor!

Aaah... gue mabok... mabok Olga...
Oh, bukan...bukan...
Gue bukannya mabok gara-gara keseringan ngunyah Olga... Tapi gue mabok gara-gara Olga dan kawan-kawannya udah mengontaminasi memori gue dengan kehadiran mereka di layar kaca. Ya, sekarang ini mereka emang lagi gencer ngongol di tipi. Gak pagi, gak sore, gak malem, gak tengah malem, agk dini hari;  gak di RCTI, gak di ANTV, gak di Trans TV; semua mereka : GENK OLGA. Ya itu mungkin rejeki mereka kali ya. Bete juga tapi tiap buka tipi, isinya langsung mereka. Orang buka tipi isinya mesin, lah gue malah muka Olga. Tapi yaudahlah, mereka bebas mau menghiasi layar kaca dengan candaan slapstick mereka, gue juga gak mau bahas lebih panjang mengenai gerombolan tersebut.

Nah, gak jauh-jauh dari pembahasan tentang kehadiran Olga dkk, kali ini gue akan membahas tentang acara tipi di Indonesia...eng ing eengggg...

Dengan semakin ketatnya peraturan mengenai penyiaran tipi di Indonesia, sekarang tipi-tipi mulai pasang badan dalam menayangkan acara-acaranya. Gue baru nyopot badan orang buat dipasang di kaca depan angkot aja langsung diamuk massa. Padahal gue pengen jadiin spion.

Balik lagi ke masalah penayangan acara tipi di Indonesia. Buah dari ketatnya pemberlakuan peraturan mengenai penyensoran acara tipi terkait konten-konten yang dianggap berada di luar kepantasan nilai dan norma yang berlaku di mari, membuat sekarang tidak semua acara bisa bebas berlalu lalang di layar kaca Indonesia. Adegan seperti orang merokok, ciuman, berhubungan badan, dan bertindak kekerasan tidak bisa disiarkan di televisi, radio, ataupun walkie talkie.

Kita bisa liat contohnya untuk adegan merokok. Penyensoran adegan orang merokok dilakukan dengan mem-blur bagian rokok yang dihisapnya. Untungnya gue gak pernah nongol di layar tipi. Kebayang kalo gue musti kena sensor gara-gara muka gue mirip tembakau.

Lain halnya untuk adegan ciuman, penyensoran dilakukan dengan sedikit menggeser scene atau memperlambatnya sehingga adegan-adegan tersebut tidak diperlihatkan. Sedangkan untuk adegan berhubungan badan, sensor dilakukan dengan men-skip scene tersebut hingga ke scene berikutnya. Untung bagi gue yang selama ini hanya pernah berhubungan kaki di mana muka gue kena sepak ama pemain bola. Ini terjadi ketika 17-an berlangsung. Orang-orang make daster buat maen bola, sementara gue make daster karena hobi. Pelaku yang nyepak muka gue mengaku gak sengaja menendang karena salah mengira muka gue dengan shuttelcock.

Balik lagi ke masalah sensor, cara sama dilakukan untuk adegan kekerasan. Ini dilakukan bisa dengan diperlambat, atau langsung di-skip. Jadi adegan kayak muka orang dilempar batu bata atau genteng biasanya ya kena sensor. Begitu halnya dengan ketika muka orang kena lempar muka orang. Siapa yang tau kalo muka yang dilempar dilapisin paku payung.

Hal lain yang terkena sensor adalah adegan di mana orang-orang berkata kotor. Penyensoran pada aspek ini dilakukan dengan me-mute suara saat adegan itu berlangsung. Dengan kenyataan ini, gue rada heran kenapa iklan sabun cuci masih beredar di masyarakat.

Bagian-bagian tubuh tertentu pun tidak luput dari sistem penyensoran. Sering kita liat DRTV yang menyajikan produk senam dengan model cewek make sport bra. Ngerasa ada yang aneh? Yap, bagian puser cewek tersebut kena sensor tipi. Ya ini mungkin karena puser merupakan bagian aurat dari orang. Cowok-cowok kan juga gitu, batas aurat dari lutut ampe puser. Makanya seumur idup gue gak akan pernah punya kesempatan buat nongol di tipi. Kata orang-orang muka gue kayak ada pusernya. Padahal itu bukan puser. Itu bopeng bekas kena senapan angin. Jadi muka gue ketembak senapan dan kegores kipas angin.

Dan yang selanjutnya adalah mungkin yang paling disukai kaum adam. 
Yaitu mengenai segala yang berkenaan dengan....

Belahan dada. 

Emang patut diacungi jempol sih lembaga sensor kita yang rajin memonitor penyiaran di Indonesia. Digawangi oleh KPI dan P3SPS, indsutri penyiaran kita mulai tertib mematuhi peraturan yang ada, ya kalo gak mau dicekal. Sedari itu, semua yang nyerempet-nyerempet belahan dada pasti kena sensor. Mau itu yang keliatan dikit atau mau semuanya, pokoknya semua disensor, semua di-blur. Ya inilah yang mungkin menjadi pemupus kebahagiaan para cowok.

Tapi menurut gue, gak cuman belahan dada, gue rasa kalo ada tayangan yang ada belahan-belahan lainnya pasti juga kena sensor, contohnya belahan pantat. Ya kan? Ini termasuk bagian yang vulgar. Gak pernah kita liat cewek make bikini di tipi dengan sempak setengah ampe belahan pantatnya keliatan, atau cowok make bikini di tipi dengan sempak setengah ampe belahan pantatnya keliatan. Ini pula yang mendasari tipi-tipi gak pernah nyiarin semua hal yang berbau adegan orang lagi boker.

Senada dengan belahan pantat, belahan muka pun begitu. Kita gak pernah disajikan muka-muka yang ngebelah gara-gara kesambit celurit bekas tawuran anak STM. Dan perlakuan khusus penyensoran  diberikan kepada gabungan antara belahan pantat dan belahan muka, yaitu orang-orang dengan muka yang ngebelah ampe pantat. Ini yang gue sebut pantat yang ngebelah muka. Kasian. Orang-orang yang seperti ini biasanya harus boker dengan sikap lilin. Meskipun gue yang normal juga hobi boker dengan sikap lilin sih.

Yang lucu adalah ketika bahkan tayangan Spongebob pun ikut kena sensor tipi-tipi di Indonesia. Sering gue liat saat belahan pantat Spongebob terpampang keluar, atau ketika doi gak berbalut baju dan celana sama sekali, maka scene tersebut akan di-zoom agar bagian tubuhnya tidak sepenuhnya keliatan. Atau juga saat Sandy si tupai laut sedang berada di rumahnya dengan hanya mengenakan bikini, maka sensor pun diberlakukan. Entahlah. Gue merasa lucu aja gitu. Gue gak tau dengan orang laen tapi gue bukan tipe yang suka napsuan ama sponge telanjang atau tupai berbikini. Libido gue gak bakal naek hanya karena gue ngeliat seekor makhluk laut telanjang di depan gue. Seriusan. Entah emang sekarang lagi berkembang fenomena disorientasi seksual terhadap makhluk laut, fantasi anak jaman sekarang yang udah terlalu vulgar, atau sistem penyiaran Indonesia yang udah terlalu ketat, yang pasti gue masih gagal paham gimana bisa seekor sponge laut yang bahkan dalam versi aslinya pun gak digambarkan alat kelaminnya masih kena sensor. Mungkin ini konspirasi. Mungkin kita sengaja disuguhi ama sensor-sensor gambar biar ujung-ujungnya kita cuman bisa nontonin acaranya Olga dkk. Itupun sebelum mereka kena sensor juga.

Wednesday, November 27, 2013

Avatar : The Last Air Blender

Negara angin adalah tempat yang sangat indah dan damai. Penduduknya yang ramah menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan asing. Negara ini menganut sistem kawin silang dalam pertumbuhan penduduknya. Doraemon merupakan salah satu produk hasil kawin silang antara kucing dengan gundu. Namun semua berubah ketika negara api menyerang. Harga sembako naik, kentut dilarang, dan gangnam style merajalela. Viewernya aja di yutup ampe 1.000.000.000.000.000.000.000.000. Banyak banget, sejuta. Pelakunya tidak lain dan tidak bukan adalah PSYING, dibaca pesing. Dia adalah seorang raja yang hobi pipis sembarangan sekaligus pemegang rekor pipis terjauh, yaitu 1.000 km persegi panjang hektar. Konon napasnya yang bau pesing mampu membuat hutan gundul.

Menurut legenda, hanya ada satu orang yang mampu melawan keganasan PSYING. Dia adalah Avatar, The Last Air Blender. Avatar ini ini sangat terkenal, khususnya di dunia Twitter, Line, dan Kakao Talk karena sering dipajang di profile orang-orang. Pria setengah laki-laki, setengah wanita, setengah tumbuhan, dan setengah sendok teh ini mempunyai panggilan Ang, panjangannya Anggodo. Dia adalah seorang yang ahli menggunakan blender. Hobinya adalah memasukan kepalanya ke dalam blender. Karena hobinya itu, ia jadi mengalami kebotakan. Dia punya tato tanda panah di kepalanya dan tato tanda dilarang parkir di pantatnya. Tato tersebut menunjukan kekuatannya dalam mengendalikan blender. Sekali tatonya luntur, maka ia akan kehilangan keperjakaannya.

Ang punya teman seperjalanan yang berasal dari desa air, tepatnya di dasar kali Ciliwung. Mereka adalah Katarak dan Sakaw. Mereka kebetulan merupakan kakak beradik. Jadi saat orang tuanya kawin, kebetulan aja mereka lahir. Lahirnya juga bukan dari pantat, tapi dari pori-pori jidat, ngerembes bareng aer kencing. Keduanya sama seperti Ang, yaitu seorang pengendali. Katarak dapat mengendalikan air, sedangkan Sakaw dapat mengendalikan remot TV. Si adik Katarak memiliki kelainan dalam melihat. Ia tidak bisa melihat benda dari kejauhan 10 km. Untuk itulah dia selalu memakai sepasang teropong bintang yang ditempelin di matanya make lakban. Kahliannya dalam mengendalikan air menjadi penutup kekurangannya itu. Dengan keahliannya, ia bisa mencebok pantat tanpa harus punya pantat. Sang kakak, Sakaw adalah seorang pecandu obat-obatan. Dia suka menggunakan obat-obatan seperti Panadol, Combantrin, dan Irex. Dia sangat ahli dalam mengendalikan remot TV. Acara TV favoritnya adalah Dahsyat. Menurutnya Olga sexy abis kalo lagi pipis. Olga pipisnya bukan make pispot, tapi make selang pemadam kebakaran. 

Sadar keahlian mengendalikan blender Ang masih mentah, dia bermaksud mempelajari jurus blender aliran Hiten Mitusurugi dari seorang ahli blender legendaris, Seijuro Hiko. Untuk tujuan tersebut, 3 sekawan itu harus hijrah ke Jepang mengarungi selat Sunda, selat Jawa, selat Padang, dan Selat Bekasi. Mereka bertiga mengembara dari satu tempat ke tempat yang lainnya. Tempat favorit mereka adalah Bikini Bottom. Hal itu dikarenakan warganya pada make bikini, tapi gak seru, soalnya yang make bikini ikan. Mereka pernah singgah selama 5 menit, setelah 5 menit, mereka tenggelem. Di tengah perjalanan yang lain, mereka bertemu dengan seekor sapi terbang. Walaupun bisa terbang, sapi ini tidak bisa bahasa India. Ia sangat jinak dan manja terhadap Ang. Ang sudah dianggapnya sebagai ibunya sendiri. Secara rutin Ang netein sapinya ampe tetenya kondor.

Walaupun aral rintangan berbentangan di hadapan mereka, 3 sekawan itu tidak pernah menyerah. Kapal layar mereka yang terbuat dari korek api selalu setia menemani sampai akhirnya Sakaw melakukan kesalahan besar. Jadi ceritanya begini, waktu lagi maenin kaca pembesar pas siang-siang, secara tidak sengaja dia mengarahkan kaca pembesar ke pentulan korek api, dan secara tidak sengaja pula Katarak numpahin bensin yang entah untuk apa juga ia bawa-bawa bensin. Usut punya usut, ternyata bensin itu adalah soft drink-nya Ang. Hal itu membuahkan kecelakaan besar yang membuat mereka harus menyelamatkan diri dari kebakaran tersebut. Di saat-saat yang mencekam tersebut, Ang melihat orang asing yang tengah berenang menuju TKP. Dia adalah Aquaman. Dengan segalon Aqua gede, dia meredam amukan si jago merah. Namun naas, ternyata kebakarannya malah tambah besar. Ternyata Aqua galon yang dilempar itu berisi bensin. Aquaman emang bego. Tapi Aquaman tidak menyerah, ia menutup kebakaran dengan kolornya yang terbuat dari karung goni. Mereka selamat. Aquaman sangat baik, ia bersedia mengantar Ang dkk ke Jepang, setelah itu mereka harus bayar 30 rebu.

Sesampai di Jepang, 3 serangkai itu langsung dicegat petugas imigrasi. Begitu mengetahui bahwa mereka gak punya paspor dan kepribadian, polisi langsung membawa mereka ke Polda Metrojaya. Mereka dimintai keterangan seputar asal, status kawin, dan jenis kelamin. Tentunya Sakaw yang memiliki alat kelamin ganda sangat bingung menjawabnya. Ya, Sakaw memang memiliki alat kelamin ganda, satu di antara selangkangan, dan satu di ubun-ubun. Ketika mereka sedang kebingungan, tiba-tiba datanglah seorang guru spiritual bernama Eyank-Yank-Udah-Makan-Beyum-Yank (mulai dari sini, karena kepanjangan, maka panggilannya akan disebut dengan Eyank saja). Dia melihat 3 serangkai tersebut yang sedang kebingungan dan nge-fly. Ternyata Sakaw masih sempet-sempetnya ngelem power glue. Karena kasihan, maka ia ngebantuin mereka. Mereka senang, masalah selese, abis itu udahan.

3 serangkai tersebut menjelaskan tujuannya datang ke Jepang. Mengerti akan tujuan mereka, lantas diantarlah mereka ke maha guru Seijuro Hiko. Mereka diantar dengan menyusuri hutan belantara, menanjaki gunung curam, melewati jalanan terjal, menyebrangi jembatan lapuk, menyelami sungai dalam, dan akhirnya sampai juga mereka di perumahan Pondok Indah.

Seijuro Hiko adalah orang yang sangat ramah, baik hati, namun ngondek. Ia menyambut 3 serangkai tersebut dengan welcome. Satu-satu dikasih kaset welcome, kecuali Eyank yang mati ditelan kucing anggora di tengah jalan. Mengerti tujuan mereka, Hiko pun langsung mengajari Ang jurus Hiten Mitsurugi. Sebelum ke praktik, Ang disuruh mempelajari teori-teori jurus dari Kunti, LKS, dan Lateva. Setelah itu di ujung semester, Ang harus mengikuti testing dengan disuruh jawab soal pilihan ganda. Karena Ang bego, jadi Ang ga lulus, tapi Ang berhak melaju ke babak Grand Final IMB karena mendapat dukungan penuh dari Titi Raja Singa. Ia pun langsung berlatih dengan Seijuro Hiko. Hiko langsung memberikan jurus rahasia. Dengan mengandalkan blender, Ang dimasukan ke dalam blender untuk kemudian dijadiin jus sirsak. Ang kalah telak. Hiko memberikan rahasianya tentang jurus mengendalikan blender ini. Ternyata rahasianya adalah Ang harus nyolokin kabel blender ke stop kontak, baru setelah itu ia bisa mengendalikan blender tersebut. Selama ini Ang bego, dia gak masukin kabel blender ke stop kontak, dia malah nyolokin kabel blender ke kontak bbm. Dan bener saja, setelah itu Ang berhasil mengalahkan Hiko. Ang sangat berterima kasih kepada Hiko.

Baru ia mau melanjutkan perjalanan, taunya Jepang diserang oleh PSYING bersama anak buahnya. PSYING mempunyai 2 anak buah setia, yaitu Madara Uchiha dan Madam Ivan Gunawan. Mereka bertiga menjadi dalang atas penyerangan ini. Ang langsung mendatangi medan pertempuran, begitu juga dengan 2 orang temannya, sementara Seijuro Hiko mati keselek kucing anggora.

Ang vs PSYING, Sakaw vs Madara Uchiha, dan Katarak vs Madam Ivan Gunawan. Di luar dugaan ternyata Sakaw kalah melawan Madara Uchiha. Madara Uchiha menggunakan jurus terlarang “saring-gan”. Jadi Sakaw disaring pake pukat harimau bersama agan-agan Kaskus. Di sisi pertarungan yang lain, Katarak juga menelan kekalahan setelah melakukan adu pinalti melawan Madam Ivan Gunawan. Madara Uchiha dan Madam Ivan Gunawan akhirnya terlibat laga play off. Dua-duanya draw karena sama-sama mati kelesek kucing anggora. Akhirnya pertarungan menyisakan laga sengit antara Ang dengan PSYING. PSYING melancarkan jurus kencing manis. Ang tidak mau kalah. Ang melancarkan serangan blender ajaib yang baru dikuasainya semenit yang lalu. Kencing PSYING dimasukin ke blender, dijus, dan dijadiin smoothie. Kemudian PSYING dipaksa minum aer kencingnya sendiri. Namun di luar dugaan, ternyata PSYING menjadi tambah kuat. Ternyata sejak kecil ia sudah terbiasa minum air kencing ibu (AKI). PSYING pun kembali menyerang dengan dance gangnam style. Ia membawa viewernya yang di yutup untuk mengeroyok Ang. Ang dipukulin preman, dicipok bencong, dan digerepe ama penonton Dahsyat. Ang kalah, Ang kritis. Di saat kondisi Ang yang hampir mati, datanglah Adi Bing Slamet bersama Arya Wiguna. Ia memaksa PSYING untuk menceraikan ke-9 istrinya. 8 dari 9 istrinya ternyata memakai Kotex, sedangkan satunya make koteka. PSYING kalah, Arya Wiguna pun mengamuk dengan  menghancurkan gunung Merapi. Sambil berteriak “Demi Tuhaannnnn”, Arya Wiguna menginjak pas foto tukang bubur. Namun naas, di ujung cerita ia mati keselek kucing anggora.



Tamat.

Tuesday, November 12, 2013

Kembali Lagi...


Huaaahhh... udah berapa lama yak gue gak nulis? Mungkin ada juga yang bertanya-tanya. Kenapa Idham gak nulis lagi? Kenapa Idham jarang nengokin blognya? Kenapa Idham hobi boker di wastafel? Oke-oke, mumpung lagi ada waktu, gue pengen ngejawab pertanyaan itu semua (meskipun gue yakin gak ada yang nanyain juga sih). Mengenai rumor gue hobi boker di wastafel, langsung gue jawab aja. ITU SALAH. Gue lebih suka boker di halaman rumah, make selang, sambil makan mie ayam. Jadi semua clear yaa. Tentang gue yang udah lama gak nulis lagi dan kenapa gue udah jarang nengokin blog gue, alasannya karena gue pengen nutup blog ini.

Kagak deeng... heheh... Tapi gak ada ngaruhnya juga kan kalo gue nutup blog ini? Indonesia gak bakalan masuk Piala Eropa dan Olga gak bakalan kawin ama Nikolas Saputra (bener gak sih tulisannya). Tapi alasan sebenernya kenapa gue udah jarang ngeblog adalah gak laen dan gak bukan karena skripsi. Yes, skripsi. Jadi, gays, doain aja ya, bentar lagi gue mau sidang. Sidang STNK. 

Bukan maksut gue pengen bahas skripsi lebih jauh, tapi gue pengen nyeritain secuil lelucon saat proses penyusunan skripsi. Ya, idup gue emang lelucon. Apa yang gue seriusin selalu jadi bahan lelucon bagi orang laen. Gue lagi serius baca buku di perpus, orang-orang malah pada ketawa. Begitu gue sadar, taunya kebalik. Bukan bukunya, tapi guenya yang kebalik. Jadi pala gue di bawah, kaki gue di atas. Nah, badan gue di stasiun Manggarai. Horor abis.

Selama penyusunan skripsi, gue selalu digocek ama dosen. Gue nanya ini, dosen jawab itu, dosen ngomong ini, gue ngomong itu. Gak pernah nyambung. Kayaknya kerjaan gue selalu salah di mata dia. Ampe pernah gue sampe di titik jenuh untuk bimbingan, yaitu ketika gue harus ganti judul. Dan dari situ gue semakin tertinggal dengan temen-temen satu bimbingan gue. Mereka udah sampe bab tiga, lah gue baru ganti judul. Tapi bukan berarti gue berlarut-larut dalam kesedihan. Gue bertekad buat nyalip mereka. Pokoknya pas mereka udah bab empat, gue harus udah nyampe bab delapan.

Karena dosbing gue dosen luar, pernah gue sekali mau bimbingan musti nyamperin dia ke kampus doi. Tempatnya di sekitaran daerah Dago, dari kost gue rada jauh, dan gue musti ke sana pas lagi dalam keadaan belom tidur. Penyakit gue emang susah bener sembuhnya. Mata berat, pala berat, idung berat. Ni gegara upil gue. Upil gue beratnya dua kilo. Kilometer. 

Waktu itu gue naek angkot, pas di samping sopir, gue duduk di sebelah kanan dia. Angkotnya jalan, gue diseret-seret make tali tambang. Sampe di sana, gue langsung cari ruangannya. Gue bingung, soalnya lebih luas lahan parkir daripada lahan gedungnya. Gue lagi nyari-nyari ruangannya malah diomelin ama satpam. Gue diomelin gara-gara gue nyari ruangan sambil naek angkot. Sopirnya gue tinggal di jembatan. Jembatan Suramadu. Loh? Kenapa lewat jembatan Suramadu? Iya, karena gue gak mau ngambil risiko muter arah dengan lewat jembatan Ampera.

Akhirnya gue ketemu juga ruang dosennya. Selama ini gue nyari di ruang pantry. Gue pun bimbingan, ngomong gini-gitu, blablabla, ngebacot aja. Dosennya bingung. Dia gak ngerti pas gue ngomong make sandi rumput. Eeh, sori... bukan sandi rumput... maksud gue, dia gak ngerti pas gue ngomong sambil makan rumput. Setelah bimbingan selesai, gue pun balik, naek angkot lagi. Kali ini gue yang ditinggal di Selat Sunda.
Gue pernah sempet ngerasa salah nentuin keputusan dengan ngambil skripsi di semester 7. Ngeliat temen-temen gue yang masih pada nyantai, gue juga ngerasa pengen santai-santai dulu. Apalagi di semester ini gue juga musti ngurus laporan magang. Cercaan-cercaan dosen pas gue bimbingan pun semakin membuat pesimis. Gimana pas sidang? Begitu pikir gue. Tapi yaudahlah, cepet atau lambat gue pasti akan mengalami ini. Tau kenapa mata adanya di depan? Agar kita bisa selalu melihat ke depan... Keren... Walaupun dalam kasus gue, mata selalu gue pake buat jalan kaki. Dan gue cebok make dengkul. Jadi, berbekal dengan kata-kata mutiara tersebut, gue pun melanjutkan skripsi gue. Meski dengan kegelisahan tentunya. Tapi yaudahlah. Gue lebih gelisah pas ketauan nyelepet dosen make sempak. 

Berlanjut ke masalah skripsi, setiap gue ngetik sesuatu, gue selalu numpahin unek-unek gue di situ. Imbasnya gue ampe ngancurin keyboard. Keyboardnya Purwacaraka. Dan salah satu unek-unek yang gue tumpahkan adalah pemberian nama file yang gue tulis “Proposal Skripshit”. Setiap bab gue namain kayak gitu; “Proposal Skripshit BAB I”, “Proposal Skripshit BAB II”, “Proposal Skripshit BAB III”. Keliatan banget gue masih menyimpan kebencian di fase ini. Skripsi udah mengambil idup gue. Dulu gue tidur normal 8 jam. Sekarang gue tidur kurang dari 8 jam. Diitung-itung gue cuman kedapaetan tidur 7 jam 52 menit.

Dengan perasaan setengah-setengah, gue terus kerjain skripsi, gak tau bener apa kagak. Gue nulis ya nulis, tapi kagak ngarti apa yang gue tulis. Ya ini mah calon-calon suram pas sidang. Suatu ketika gue masih nulis apa yang gak gue ngarti, tiba-tiba file wordnya error. Corrupt gitu. Gue pikir ni jangan-jangan gara-gara laptopnya kebanyakan virus. Iya si, laptop gue emang udah jadi sarang virus gitu. Diinget-inget lagi kemaren gue baru nularin virus demam berdarah ke laptop gue. Pantesan dia jadi suka muntah-muntah berak gitu. 

Jadi ya gara-gara filenya kagak ke-recycle, otomatis apa yang gue print dengan apa yang menjadi kerjaan terakhir gue jadi beda. Gue baru nyadar hal itu pas lagi ngantre bimbingan. Dann... sebenernya bukan ngantre bimbingan juga sih... Maksudnya nungguin temen gue selese ujian proposal. Wedeeeh... cepet-cepet bener yak... baru abis UTS, langsung pada ujian proposal aje... Dengan perasaan jiper gue meratiin presentasinya temen gue. Gue peratiin dari awal ampe akhir kagak ada yang gue ngarti kecuali gue baru tau kalo power point itu ternyata dipake buat presentasi. Selama ini gue make power point buat ngitung perkalian sempoa. Oke balik lagi, karena saat gue baru berniat mau ngeprint ulang tapi ternyata dosennya udah keburu mau balik, otomatis gue kasih liat aja softcopynya yang ada di laptop gue. Dosennya baca-baca. Mantengin dari atas ampe bawah, depan ampe belakang, kanan ampe kiri.  Gue ngeliatin... poto SBY di kelas. Sesaat gue ngeliat laptop gue... dan baru tersadar... kalo gue ngasih liat skripsi gue ke dosen dengan nama file “Proposal Skripshit”......................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................

*Ngemeng-ngemeng, ini udah postingan gue yang ke-100 yak? Waah... kagak kerasa gue udah ngeposting segini banyak... next time bikin apa lagi yak?

Wednesday, August 14, 2013

Cerita Puasa

Gue udah jarang nulis nih ya akhir-akhir ini... Sebenernya hal yang pengen ditumpahin sih banyaak...cuman gue diomelin muluu... Kemaren gue numpahin mie ayam di pala abang becak malah gue digamparin...make setrika listrik. Sok-sokannya sih gue sibuk... Biasaa... Bisniis... Jualan belalang di pasar... Terus kenapa dari tadi gue nulisnya selalu diakhiri dengan titik-titik-titik sih...? Heuhhh... Hahhh...
..................................................................................................................

Mungkin karena puasa kali ye? Jadinya tiap hari bawaannya auus mulu... Tapi kan sekarang udah gak puasa.

Ngomongin soal puasa, gue pengen cerita dikit mengenai pengalaman puasa di bulan penuh berkah ini. Jujur, sebenernya sih lebih berkesan puasa pas jaman gue kecil. Iya, gue pernah kecil. Kalo orang-orang lahirnya dikeluarin dari perut ibunya, kalo gue lahirnya menetas dari biji salak. Kalo waktu kecil aroma bulan puasa tuh bener-bener kerasa banget. Gimana gue pulang sekolah lebih awal, gimana gue sangat akrab dengan baju koko, gimana gue ngabuburit dan tarawehan bareng temen, gimana gue maen bola sambil nunggu buka puasa, gimana gue maen petasan di kali, petasannya gak meledak, pantat gue dimakan biawak. Gue kangen masa-masa itu. Kalo sekarang sih ya cenderung biasa aja. Sensasinya lebih dapet pas gue masih kecil aja gitu. Kalo sekarang lebih banyak ujiannya. Ya namanya juga orang dewasa ya, semakin tua, ya semakin berat dong ujian yang menghampiri.

Salah satu ujian yang gue soroti adalah makhluk-makhluk liar di jalan raya, itu bener-bener nguji kesabaran banget. Gak bisa dipungkiri lagi kalo pengguna jalan raya di Jakarta itu sangat-sangat brutal, khususnya pemotor. Lampu merah diterobos, trotoar dterobos, jalur busway diterobos, nenek-nenek diterobos. Mereka saling ngotot. Seakan-akan mereka lagi kebelet boker dan gak punya waktu lagi buat berlama-lama di jalan. Merujuk pada problem boker, gue setuju. Kita emang gak bisa kompromi kalo udah ngomongin masalah boker. Misalnya gue udah kebelet banget pengen boker, terus tiba-tiba gue harus kompromi mau maen golf dulu, kebayang tu lobang golf bakal gue jadiin jamban darurat.

Lanjut lagi ke masalah cobaan di bulan puasa, kondisi trafik kota Jakarta emang selalu menjadi tantangan bagi yang menjalankan ibadah shaum. Gue inget banget pas SMA gue pernah marah-marah ama sopir angkot gara-gara dia motong jalan sembarangan. Motong jalannya bukan pake mobil angkot, tapi make gunting kaen. Padahal kan namanya jalan raya mana bisa dipotong make gunting. Bego amat si, ada cutter malah pake gunting. Gue marah-marah, memaki supir angkot, dan gue tau itu lagi bulan puasa. Gue yang saat itu lagi bersama dengan temen gue menuju studio band langsung disabar-sabarin ama dia. Makanya gak tau dah itu ibadah gue gimana jadinya. Tapi gak jarang juga gue berhasil menahan emosi ketika ada stimulan eksternal di depan gue. Kejadiannya pas SD ama SMA. Kalo waktu SD, pernah gue abis beli makanan buat buka puasa, tiba-tiba lewat jemputan SD deket komplek yang berisi anak-anak sekolah yang baru pulang. Gue yang saat itu sedang naik sepeda melihat penampakan mereka yang sedang mengejek gue sambil mamer-mamerin jajanan yang disantapnya dengan lahap. Gue saat itu cuman bisa bengong, tau-tau kereta lewat depan gue. Gue koma 3 bulan.

Laen lagi pas SMA, ketika itu gue lagi ngeband ama temen gue, Jay dan Yerico. Kita maen sekadarnya aja, gak peduli mau bener-atau salah, kita cuman pengen seneng-seneng. Selesai ngeband, kita keluar, dan belom semenit kita di luar, kita udah disambut dengan ejekan orang yang pengen make studio.

"Maen lo bagus banget, sampe bikin gue pengen muntah", begitu kata salah seorang dengan dandanan metal maksa.

Setelah ngomong kayak gitu, mereka pun masuk sambil membawa cewek-ceweknya. Dengan anteng mereka minum minuman gelasan seharga seribuan, berbanding terbalik dengan gue yang saat itu lagi ngiris bibir make benang gelasan seharga 2 permen kopiko. Waktu itu gue cuman bisa nyengir. Mau bales juga gimana, daripada puasa gue batal ye kan.

Dari 2 kejadian itu, gue cukup puas dengan usaha gue dalam menahan amarah. Di situasi di mana gue sebenernya bisa marah, bahkan berkelahi, ternyata bisa juga gue manahan emosi di bulan puasa. Kalo yang soal "bisa aja gue berkelahi", mungkin kalo di benerannya, gue cuman kebagian nonjok sekali, sisanya gue digebok bangku.

Ngomongin soal menahan godaan, gue cukup kecewa dengan perilaku orang dewasa jaman sekarang. Gue pernah denger cerita abang gue yang salah satu karyawannya makan siang make KFC dengan santainya di bulan puasa. Alasannya sederhana : Karena gak sahur. Gue kasih tau satu hal, manusia gak akan mati kalo puasa tanpa sahur. Gue sendiri kalo pas di Bandung, setiap puasa Senen-Kamis, gue gak pernah sahur. Kalo gue mungkin alesannya karena waktu itu gue gak ada makanan dan gue juga males bangun pagi, ya itu kebijakan pribadi gue. Tapi karena emang udah diniatin, ya semua lancar-lancar aja. Bahkan gue pernah puasa lupa sahur, terus siangnya malah maen futsal. Tapi alhamdulillah semua dilancarkan sama Allah. Mungkin ini yang dinamakan kekuatan niat karena Allah kali ya. Gue cerita kayak gini bukan berarti sok kuat atau menyarankan  temen-temen buat puasa tanpa sahur. Yang namanya asupan nutrisi itu tetep penting. Gue juga walaupun paginya gak sahur, tapi pas bukanya gue gila-gilaan dengan makan dan minum yang banyak, akhirnya sia-sia deh niat gue buat ngemat. Intinya adalah puasa bukanlah ibadah yang dapat membuat umatnya menderita, bahkan sampai mati. Sebaliknya puasa memiliki banyak manfaat bagi kesehatan dari mulai detoksifikasi sampai diberikannya waktu 'istirahat' bagi organ pencernaan kita. Gak makan juga bukan berarti melemahkan kita secara fisik. Salah satu mukjizat Nabi Muhammad yaitu bahwa ia pernah menghancurkan batu besar hanya dengan 3 kali pukulan saat menjelang perang Khandaq, padahal beliau belom makan selama 3 hari. Hebat kan? Yauda gitu aja.

Selamat lebaran semua.

Celotehan di Twitter

Salah satu alasan kenapa gue mulai ngeblog di mari adalah karena dorongan abang gue. Dia mendorong gue untuk nulis di blog setelah melihat status-status facebook gue yang 'annoying'. Yang gak tau arti 'annoying' apaan silakan cek di google translate. Gue juga gak tau artinya apaan. Waktu itu ketika SMA, gue emang suka nulis status yang gak jelas. Segala boker gue umbar-umbarlah di facebook. Gue paham kalo ada orang yang lagi main facebook terus tiba-tiba di tengah jalan dia muntah-muntah. Mungkin dia lagi kena diare. *terus apa hubungannya*

Setelah melihat tipikal status-status gue yang emang gak ada artinya tersebut (iya, boker gak ada artinya bagi gue. Gak pernah setiap abis boker terus gue kasih nama tuh tokai-tokai), abang gue mendorong gue untuk menumpahkan buah pikiran lainnya pada sebuah blog. Maka jadilah blog ini. Di dalam kehidupan gue, abang gue emang punya andil dalam memberikan dorongan kepada gue. Kemaren misalnya, gue didorong abang gue masuk sumur. Gue diopname 3 bulan.

Sekarang ini, kasusnya rada mirip sama yang facebook. Gue kadang masih suka nulis hal yang gak jelas, cuman sekarang medianya lewat twitter. Kicauan gue masih jauh dari kata bermanfaat. Ya, gue emang makhluk laknat. Dan ya, gue punya twitter. Gue sendiri juga gak pernah menyangka kalo gue bakal bersentuhan dengan media sosial ini. Lagi-lagi ini karena dorongan abang yang nyuruh gue buat bikin akun twitter, sama halnya dengan facebook dan blogspot. Kalo bukan karena dia, mungkin sampe sekarang gue gak punya twitter. Karena menurut gue percuma juga. Baik di kehidupan nyata maupun dunia maya, gue bukan orang yang suka berkenaan dengan ruang lingkup sosial yang merepotkan. Aspek sosial di kehidupan nyata akan tercermin pula di media sosial, begitu teori gue. Karena di kehidupan nyata gue bukan orang yang mudah bergaul, yaa keliatan lah gimana aktivitas gue di media sosial. Gue bukan tipe orang yang suka ngefollow banyak orang, dan minta folback ke orang. Ya kecuali ama 1 orang dulu pernah... Dan itu bener-bener memalukan... Gue sendiri sebenernya gak pernah punya intensi buat minta folback kalo gak disuruh temen gue... Dan kita gak bakal bahas hal tersebut sekarang.

Ketika baru pertama punya akun twitter, gue bingung musti ngapain, mau follow apa, ngetweet apaan. Baru sekarang-sekarang ini aja gue menggunakan fasilitas 'tweet' dan itu bener-bener gak penting. Emangnya seberapa gak bermanfaatnya celotehan gue di @hanafiah_idham?
 
Coba deh nih yah kita tengok...

Idham Hanafiah ‏@hanafiah_idham 26 Apr
Si fatin kayaknya bisa melaju terus, minimal ampe babak adu penalty

Idham Hanafiah ‏@hanafiah_idham 28 Apr
Kapan ya perdana menteri itali orang indonesia RT @bepe20: RT @Sport_Satu: Balotelli Senang Italia Punya Menteri Berkulit Hitam

Idham Hanafiah ‏@hanafiah_idham 3 May
Cowok sejati ngupil make cutter

Idham Hanafiah ‏@hanafiah_idham 4 May
Fakta unik : walaupun berkaki empat, jerapah tidak bisa terbang

Idham Hanafiah ‏@hanafiah_idham 16 May
Cowok sejati kalo ngerokok, rokoknya dikunyah

Idham Hanafiah ‏@hanafiah_idham 22 May
Cerita serem : Pada suatu hari seorang anak melihat sebuah pocong. Tamat.

Idham Hanafiah ‏@hanafiah_idham 23 May
Papua punya Raja Ampat, Bali punya Kuta, Jogja punya Malioboro, Bekasi punya Bantar Gebang #BekasiItuKeren

Idham Hanafiah ‏@hanafiah_idham 26 May
Kentut itu sehat, kecuali dari idung.

Idham Hanafiah ‏@hanafiah_idham 9 Jun
Abis makan enak, pencuci mulut dulu nih make sabun

Idham Hanafiah ‏@hanafiah_idham 9 Jun
Menurut survei...3 dari 10 wanita adalah......wanita.

Idham Hanafiah ‏@hanafiah_idham 9 Jun
Info kesehatan: Salad tidak dapat melangsingkan tubuh jika dimakan dengan ayam bakar

Idham Hanafiah ‏@hanafiah_idham 11 Jun
Cowok sejati kalo ngerokok, puntung rokoknya yang diisep.

Idham Hanafiah ‏@hanafiah_idham 16 Jun
Tolak kenaikan bbm, mahasiswa bakar ban otoped.

Idham Hanafiah ‏@hanafiah_idham 17 Jun
Bbm naik, ibu-ibu demo masak bersama rudi choirudin.

Idham Hanafiah ‏@hanafiah_idham 18 Jun
Waduh, gue hobi ngorok si..dari pantat"@detikcom: Jangan Anggap Enteng, Mengorok Bisa Picu Sakit Jantung

Idham Hanafiah ‏@hanafiah_idham 20 Jun
Bayangkan jika........................pantat cuman sebelah.

Idham Hanafiah ‏@hanafiah_idham 22 Jun
Gue: Idham ganteng apa jelek? | Teteh: Burem

Idham Hanafiah ‏@hanafiah_idham 26 Jun
Ujan-ujan gini minum susu panas. Beneran panas. Minumnya dari kompor.

Idham Hanafiah ‏@hanafiah_idham 30 Jun
Kata orang, aku pria misterius. Diem, diem, diem, tau-tau mencret. #dramatis

Idham Hanafiah ‏@hanafiah_idham 1 Jul Tweet ini gak penting. Lanjut aja.

Idham Hanafiah ‏@hanafiah_idham 1 Jul
Tweet ini gak kebaca. Lanjut aja.

Idham Hanafiah ‏@hanafiah_idham 2 Jul
Mandi di kantor...tiba-tiba nyengggol sikat gigi...dan jatoh ke kloset tempat gue boker tadi pagi...malangnya yang punya sikat gigi...

Idham Hanafiah ‏@hanafiah_idham 2 Jul
Ni napa sih hari...anak kecil numpang cuci tangan di pispot tempat gue ngencing...

Idham Hanafiah ‏@hanafiah_idham 3 Jul
Curang...masa 11 lawan 24..."@detiksport: Lawan Arsenal, Timnas Siapkan 24 Pemain http://de.tk/cAuk8 "

Idham Hanafiah ‏@hanafiah_idham 4 Jul
Pemotor yang lewat busway itu gak laki. Pemotor yang laki itu lewat rel kereta api.

Idham Hanafiah ‏@hanafiah_idham 5 Jul
Draft? Draft proposal skripsi apa? Saya siapa? Ini di mana? Jenis kelamin saya apa?

Idham Hanafiah ‏@hanafiah_idham 6 Jul
Enggak enak banget..maen futsal cederanya turun bero

Idham Hanafiah ‏@hanafiah_idham 6 Jul
Gue kan melahirkannya kayak piccolo, jadi gue muntahin telor dari mulut."@FahmiRdfn: Hayoloh, mandul loh dam"

Idham Hanafiah ‏@hanafiah_idham 7 Jul
@auliaafri @Wildannugrahaaa muka lo berdua kayak daki selangkangan kuda

Idham Hanafiah ‏@hanafiah_idham 7 Jul
Farhat abbas siap maju menjadi calo presiden.

Idham Hanafiah ‏@hanafiah_idham 8 Jul
Pengen miara kumis nih, makannya apaan ya?

Idham Hanafiah ‏@hanafiah_idham 9 Jul
Lo mau gak wil cewek cakep, tinggi,putih, mulus, jakunnya 2 biji"@Wildannugrahaaa: Single fighter, takdir gue dr dulu emg kaya begini terus"

Idham Hanafiah ‏@hanafiah_idham 10 Jul
Puasa-puasa gini enaknya tidur siang di sauna

Idham Hanafiah ‏@hanafiah_idham 10 Jul
Tsubasa vs Santana. Santana dibantu Joe Satriani.

Idham Hanafiah ‏@hanafiah_idham 11 Jul
@FahmiRdfn muka gue kan emang selalu melanggar hukum

Idham Hanafiah ‏@hanafiah_idham 15 Jul
@bellapramudyana kakak bukan anak gaul neng. kakak anak yang tergauli

Idham Hanafiah ‏@hanafiah_idham 16 Jul
Laki gak minum alkohol. Laki minum obat merah.

Idham Hanafiah ‏@hanafiah_idham 27 Jul
Puasa-puasa gini enaknya ngelem nih...ngelem power glue.

Idham Hanafiah ‏@hanafiah_idham 30 Jul
Anjir gue bacanya "Pacaran Lagi Setelah Si Dia Minta Berak" "@detikcom: Mungkinkah Bisa Pacaran Lagi Setelah Si Dia Minta Break?

Idham Hanafiah ‏@hanafiah_idham 7 Aug
"@detiksport: Menangis Dapat Tanda Tangan Messi http://de.tk/Lvt4n "soalnya tanda tangannya dipahat di pantat

Idham Hanafiah ‏@hanafiah_idham 7 Aug
Mimpi ngeliat orang di samping comberan mau diperkosa babi. Udah gitu aja sih.

Idham Hanafiah ‏@hanafiah_idham 11 Aug
Ah mending nonton chong wei aja dah, seru lawan lin dan lagi adu penalti

Idham Hanafiah ‏@hanafiah_idham 11 Aug
@o_chen nih si lin dan abis slam dunk di ring tinju

Idham Hanafiah ‏@hanafiah_idham 12 Aug
Bekasi mantep nih sekarang punya stadion baru, stadion karambol

Idham Hanafiah ‏@hanafiah_idham 11m
Orang nata rambut make gel rambut, gue nata rambut make okky jelly drink. #antimainstream

 Idham Hanafiah ‏@hanafiah_idham 10h
Fans jkt48 kalo nonton konser ngangkat-ngangkat light stick, gue kalo nonton konser ngangkat-ngangkat api unggun. #antimainstream

Idham Hanafiah ‏@hanafiah_idham 8h
Lin dan vs chong wei emang seru, tapi masih lebih seru sun go kong vs kera tumpai.

Gak penting kan? Kerjaan gue cuman ngerusuhin timeline orang. Kasian deh yang ngefollow gue.

Friday, July 12, 2013

Masalah Tidur Lagi...

Tidur selalu menjadi masalah utama bagi gue. Dulu gue pernah mosting tulisan tentang gimana gue bisa ngulang mata kuliah gara-gara gak ngikut UAS gara-gara telat satu jam gara-gara ketiduran gara-gara gak bisa nahan kantuk gara-gara gak tidur semaleman gara-gara belajar gara-gara ni tulisan 'gara-gara' ampe mane selesenya coba bangke. Iya dan hal itu terulang kembali. Waktu itu gue pulang rapat komunitas di kampus. Ceritanya gue capek banget. Cuman gara-gara 2 hari lagi gue ada kuis Copywriting, gue bela-belain belajar nyicil slide. Gue belajar pelan-pelan meresapi padahal gak ngarti juga. Materinya masuk meresap ke otak gue. Sayangnya otak gue bocor, jadinya ilmu yang meresap meluber keluar-keluar.

Masuk tengah malem gue sadar perut keroncongan. Untuk mengatasi hal tersebut gue keluar isi perut makan jangkrik sawah. Enggak deng gue gak sebarbar itu. Gue pergi ke warteg nyari nyamuk buat digadoin. Cuman taunya nyamuk di warteg udah pada abis ama si abang warteg yang doyan juga tenyata. Nyamuknya dibikin jus ama dia. Yowislah gue mesen mi goreng + telor + kornet + nasi, makanan orang normal, karena gue emang 100 % normal. Pesanannya dateng, si abang ngasih mi goreng, telor, kornet, nasi, tapi gue gak dikasih piring. Gue disuruh makan di lantai. Gue marah masa makanan gue gak dikasih tatakan, masa gue disuruh makan di lantai. Emang gue binatang apa? Gue marah, abangnya ngotot. Yaudah akhirnya makanannya ditaro di gelas.

Selese makan, gue kenyang, gue balik ke kost. Gue belajar lagi, nyambil-nyambil internetan. Liat slide, capek, internetan, liat slide, capek, internetan. Gitu metode nyicil belajar gue. Kan namanya juga nyicil, masih mencoba mengenali kuit dari materinya. Yang penting memahami daripada menghapali, mumpung masih banyak waktu juga. Lagian kalo gue belajarnya dengan menghapal, besar kemungkinan gue akan terjebak dengan fokus yang terkotakan pada text book, yaitu segala pemahaman gue akan terpaku pada kalimat-kalimat di slide. Jatohnya pas ujian setiap gue pengen ngejawab soal, jawaban yang gue tulis harus bener-bener sama ama kalimat di slide materi tersebut. Masa kalo ada pertanyaan “ Berapa meter berat koala?”, gue jawab “text book”. Untuk menghindari hal tersebut, jadi gue belajarnya juga gak ngapalin gitu, tapi kayak sambil ngomong-ngomong sendiri. Gue baca, paham, sampaikan dengan bahasa gue. Sok-sokannya gue sih nyebutnya "metode presentasi", yaitu kita baca, resapi, dan presentasikan dengan pemahaman dan bahasa sendiri. Jadinya kayak presentasi di kelas gitu. Kan sekalian bisa belajar ngomong di depan kelas tanpa harus baca bulet-bulet slide presentasinya. Gue belajar kayak gitu tiap tengah malem. Besoknya bapak kost nerima banyak keluhan dari anak kost yang laen. Mereka ngadu kalo tiap tengah malem di kamar gue selalu ada suara gorila kawin. Gue bingung. Padahal gue gak ngerasa miara gorila, dan gak ngerasa juga ngeluarin suara gorila. Gue kan presentasi pake bahasa binatang aksen badak lampung.  

Gue belajar kayak begitu ampe subuh. Abis salat, gue ngecekin kerjaan yang laen. Gue baru nyoba berbaring untuk tidur jam setengah 6. Sengantuk-ngantuknya gue, sekurang-kurangnya jam tidur yang gue punya, gue tetep gak akan bisa tidur kalo masih ada beban pikiran di otak gue yang senantiasa bisa merambat ke hati. Gue mikirin gimana nasip ayam yang gue sambitin pantatnya make pelepah pisang. Jam 8 gue baru bener-bener tidur. Dan tebak, jam setengah 10 gue ada kuliah manajemen media. Sebenernya pas jam setengah 10 itu gue udah bangun, tapi entah kenapa gue tidur lagi... Bener teori gue kalo gue gak bisa mikir jernih pas lagi kurang tidur. Pernah gue gak tidur 2 hari dan ketika bangun, gue lupa jenis kelamin gue apa. Tau-tau gue udah make beha aja. Nah, pas jam setengah 12 gue bangun, langsung feeling gak enak... Gue tanya ke temen gue ngapain aja tadi di kelas... 

Dia jawab...

“Tadi kuis dam...”.

Dam...

Dam...

Dam...

Fuk...

...

Jadi gitu...

Gue belajar buat kuis hari rabu sementara kuis hari selasa jadi terbengkalai..........................................................................

Wednesday, June 5, 2013

Ketika kita membenci teman yang pernah menusuk kita dari belakang, mungkin kita bisa balas tusuk mereka dari depan make paku payung. Ketika kita menaruh dendam kepada preman yang suka malakin kita, mungkin kita bisa diem-diem nyantet tu preman biar pantat mereka ilang. Ketika kita dibuat kesel oleh tukang delivery yang telat nganterin makanan ampe 2 hari, mungkin kita bisa memaki mereka sambil ngebayar makanan dengan duit logam bekas kerokan ketek gorila. Tapi gimana kalo kita membenci diri kita sendiri? Akankah kita memaki diri sendiri? Ataukah kita akan sengaja nancepin paku payung di pala? Atau mungkinkah kita akan nyantet diri sendiri agar pantat kita pindah ke punggung, jadinya tiap pengen boker kita musti kayang dulu di atas jamban. Bingung? Kebingungan itulah yang tengah gue alami sekarang. Gue sangat membenci diri gue sendiri. Gue membenci diri gue seakan-akan gue adalah orang lain yang pengen gue bunuh. Tentu perasaan ini bukan tanpa sebab. Masalah demi masalah datang silih berganti karena kesalahan bodoh gue. Gara-gara kesalahan gue dalam mengatur diri, gue jadi sering tercemplung ke dalam suatu masalah baru. Baru-baru ini gue nyemplung di kali gara-gara nyoba ngadu cupang ama banci. Iya gue tau gue salah. Ngapain juga gue ngadu cupang ama banci? Emangnya tu banci gak ada kerjaan apa? Kenapa gak sekalian aja tu banci gue adu ama ban serep? Biar sekalian bocor tu pala banci gue lindes make ban serep otoped. Gue ngerasa bego, ngerasa gak ada harganya, gak punya nilai. Pecundang hidup. Inilah gue. Selalu terjebak dalam kesalahan-kesalahan yang sama. Kayaknya tiap tindak-tanduk gue gak pernah ada yang bener. Gue nanduk badak salah. Nanduk emaknya badak apalagi.

Selalu aja gue ditempatkan di situasi yang kayak begini. Belom ilang masalah yang satu, dateng lagi masalah yang kedua. Ada yang salah dengan situasi ini. Kayaknya gue gak pernah bebas dari apa yang namanya beban pikiran. Suram banget. Segala sesuatu yang gue ekspektasikan selalu berbanding terbalik dengan kenyataan. Baru gue berdoa biar muka gue bisa seganteng Chris Evans, besoknya muka gue malah kegores keris keraton. Baru gue berdoa biar muka gue gak kegores keris keraton lagi, besoknya keris mataram nancep di pala gue. Serba sial gue. Salah mulu. Semua ambisi gue luntur menjadi boomerang yang mengarah ke gue. Rasanya kesel marah manja. Gue kalo kesel emang suka kecampur gitu ama manja. Jadi gue keselnya sambil diiringi nada manja gitu. Kalo digambarin, suara gue kayak gabungan suara Olga ama kucing kawin, lenje tapi sangar.

Ketika masalah datang dan menjadi beban pikiran, dada gue menjadi panas. Pas gue pereksa, taunya oli panas nyiprat di dada gue. Gak lagi deh gue mamer-mamerin tete di bengkel motor. Tapi bener aja, kalo digambarin tuh dada gue kayak bidang putih kosong yang kalo lagi ada masalah, bidang tersebut penuh dengah coretan tinja gak karuan. Barusan gue typo ya? Maksud gue tinta, bukan tinja. Gue udah gak lagi maenan tinja. Ketika menerima masalah, gue juga jadinya gak karuan. Gue jadi suka mukulin pala sendiri, gampar muka sendiri, nabok pala orang terus ditabok balik ama orang, jambak rambut sendiri, jambak tete kuda terus kudanya bales jambak tete gue. Gue menjadi masochist pada saat itu. Mungkin inilah bentuk kebencian dari diri gue terhadap gue sendiri. Malah gue pernah nyoba bunuh diri dengan minum air kloset, tapi karena airnya enak, gue jadi ketagihan.

Balik lagi ke masalah gue, melihat kepada selalu berbanding terbaliknya apa yang gue rencanakan dengan realita yang ada, gue berniat jungkir balik di atas rel kereta bayi. Poinnya adalah bagi gue pribadi, memiliki ambisi adalah sesuatu yang sangat salah. Pattern hidup gue bukan seperti itu. Gue pernah berambisi untuk bisa seperti itu, tapi seperti inilah kenyataannya, pengen kayak begitu, malah kayak beginilah jadinya. Ini juga yang berpengaruh terhadap pola pikir gue. Gue gak pernah berpikir optimis karena gue emang gak punya pikiran. Eh, maksudnya gue gak pernah optimis karena optimisme gue itu hanyalah harapan semu yang tidak akan memberikan impact terhadap hasil akhir. Itu udah menjadi teori dalam hidup gue. Ibaratnya kalo gue sengaja ada niatan mau nyambit batu ke hansip, pasti gak bakalan kena, tapi giliran gue mikir sebaliknya, pasti bakalan kena, dan setelah itu gue dikebiri hansip.   Gue gak bisa menjadi optimis, gue gak bisa menjadi ambisius. Mungkin memiliki tujuan hidup adalah benar, agar kita tidak buta arah dan setidaknya tau ke mana kita akan melangkah. Tapi menjadi ambisius merupakan opsi yang sangat salah bagi diri gue. Ambisi itu adalah beban yang akan membengkak bagaikan tumor yang melahirkan tumor-tumor yang lainnya (emang tumor bisa melahirkan?).  Iya maksudnya dengan gue berambisi, itu sama aja gue ngebebanin langkah gue sendiri untuk harus bisa sampe ke tempat tujuan seperti yang gue ambisikan. Keharusan itulah yang menjelma menjadi tekanan. Gak ada yang lebih gak enak daripada ngejalanin hidup di bawah tekanan. Mulai saat ini gue cuman pengen idup biasa. Hanya berikhtiar dan berdoa minta yang terbaik bagi Allah tanpa angan yang muluk. Udah cukup. Gue pengen minum air kloset lagi.

Monday, April 29, 2013

Keluarga

Gue bukan termasuk mahasiswa yang mudah bergaul. Saat baru masuk kuliah, biasanya orang akan berinisiasi untuk berkenalan dan bersosialisasi dengan teman barunya, berbanding terbalik dengan gue yang bersikap apatis terhadap orang-orang asing di sekitar. Selesai kuliah, mereka memiliki waktu penuh kualitas yang dihabiskan bersama dengan teman terdekatnya, berbeda dengan gue yang sepulang kuliah menghabiskan waktu dengan ngadu kecoa ama gundu. Di sini gundu kalah W.O. Di lain kesempatan, mereka para mahasiswa-mahasiswi terlihat fun saat hang out bersama genk-nya ke tempat-tempat gaul di Bandung, sedangkan gue masih mencoba menemukan keasyikan dalam maen petasan make gas elpiji. Jadi ada orang lewat terus tiba-tiba pantatnya gue sumbat pake gas elpiji. Bosan dengan jalan-jalan di luar, mereka sang kawula muda mengalihkan kegiatannya dengan santai di kost super mewah sambil surfing di internet, berbanding terbalik dengan gue yang saat itu sedang berusaha mencari kesenangan dengan makan mie instan sambil sikap lilin.

Yah, mungkin karena di Bandung gue gak ngerti mau ngapain, otomatis gue jadi selalu menyempatkan waktu untuk pulang ke Bekasi di akhir pekannya. Banyak mahasiswa perantau yang iri ngeliat gue yang bisa selalu pulang di akhir pekan. Kebanyakan dari mereka beralasan kalau mereka tidak betah dan merasa homesick berada di kota orang. Mereka sangat tidak kerasan tinggal di lingkungan yang baru dengan orang-orang yang baru pula. Meskipun begitu, bukan berarti gue pulang karena buah dari rasa homesick gue. Ketika di Bekasi, begitu beratnya langkah ini untuk menapakan kaki di jalan menuju Bandung, tapi pas udah di Bandung, gue jadi biasa aja, gak ada yang dirasain. Entahlah, mungkin karena gue udah terbiasa sama situasi yang flat, sehingga membuat gue untuk selalu memandang dingin semua suasana. Perbedaannya dengan homesick mungkin terletak pada cara pandang mereka terhadap rindu yang luar biasa kepada rumah. Mungkin orang homesick bener-bener gak bisa ngelupain rumah dalam pengertian yang di atas biasa. Mungkin mereka memang tidak memiliki kecocokan dengan situasi baru yang muncul di fase kehidupannya, sehingga bayang-bayang suasana rumah selalu mengahantui gelisah kalbu di dalam diri. Gue gak tau gimana persisinya, yah apapun itu kita semua pasti selalu punya tempat di sudut hati kita untuk keluarga, di mana pun dan kapan pun itu, karena keluarga merupakan rumah bagi kita.

Kalo gue pribadi sih, gue pulang karena di Bekasi, yang namanya internet tuh merdeka banget. Selain itu, mau makan kayak gimana juga bener-bener terjamin, gak usah keluar duit, tapi udah kenyang, pokoknya pulang ke Bekasi tuh kesempatan buat nambah berat badan deh. Yang jadi polemik sih adalah anggapan orang lain terhadap hal-hal semacam ini. Kalo keseringan pulang, dibilang anak mami; tapi kalo gak pulang-pulang ampe gak pernah ngabarin keluarga di rumah, dibilangnya anak gak tau diri yang gak punya rasa sayang kepada keluarga. Kadang ada orang yang dilema harus berada di posisi yang mana, termasuk gue sendiri. Tapi coba kita tarik logikanya, yang jalanin idup kita itu kita sendiri atau mereka? Kita ini idup pada prinsip diri atau opini mereka? Semua balik lagi ke diri kita masing-masing (halah... jawaban sok diplomatis, padahal gak ngasih solusi...). Yang pasti sih, kalo menurut gue, yakin aja kepada yang menjadi pilihan kita. Kalo yang dimaksud “anak mami” itu adalah mereka yang sangat sayang kepada keluarga, berarti gue juga termasuk. Dan menjadi anak mami bukan berarti kita gak bisa menjadi dewasa, itu cuman masalah pergeseran interpretasi. Jadi anak mami di sini bukan berarti kita tiap hari cuman bisa meratapi nasip dengan tiap jam selalu rutin nelpon ibu sambil nangis-nangis minta pulang. Maksud gue pede aja jadi anak mami itu adalah bahwa kita jangan pusingin pendapat orang. Emang feedback itu penting, tapi jangan sampe kita kehilangan pegangan dengan menelantarkan prinsip kita sendiri. Terkadang kita terlalu pusing dengan pendapat orang lain. Cuman gara-gara kita memeluk serta mencium tangan ibu aja kadang-kadang orang mikirnya suka yang enggak-enggak. Dibilang anak mami lah, dibilang manja, diilang ini lah, dibilang itu; pokoknya serba salah bagi kita.

Gue dulu termasuk orang yang tersesat oleh opini orang lain semacam itu. Sebagai laki-laki, sepertinya kedekatan kita dengan Ibu selalu menjadi momok negatif bagi orang-orang di sekitar. Waktu Ibu dateng ke SMP buat ngurus masalah akademik, saking gak mau keliatan deketnya dengan si Ibu, gue ampe gak mau jalan bareng ama beliau. Ibu berjalan jauh di belakang sambil menenteng tasnya, sedangkan gue dengan cuek menggelinding di depan. Gue membuang muka dan berpura-pura tidak kenal dengan Ibu, lanjut menggelinding lepas kontrol di atas jalan raya, akhirnya gue kelindes metromini. Beranjak dewasa, gue mulai mikir dan membandingkan persepsi “anak mami” dengan “anak gak tau diri”. Coba deh dipikir lagi, masa ia kita nelantarin seorang emak di jalan raya, tar kalo emak kita kenapa-kenapa gimana? Emang tu emak bisa dibeli di tempat laen? Dan bukannya budaya kita udah mengajarkan kalo kita itu emang harus selalu hormat kepada orang tua ya?. Cium tangan cuman salah satu simbol bagaimana menggambarkan kasih sayang kita kepada orang tua. Bagi yang udah mahasiswa dan merantau di kota orang laen, gak pulang-pulang dan gak ngabarin keluarga sama sekali bukan merupakan cara untuk keliatan lebih dewasa. Gue juga pernah kayak gitu, berbulan-bula gue cuma sibuk ama urusan kuliah, dikasih hp tapi gak pernah sms, apalagi telepon, kalo di sms ama Ibu, balesnya cuman seadanya, ditelpon juga juga jawabnya juga sekenanya; giliran ama pacar aja perhatian banget, tiap menit sms “kamu udah makan belum” ke pacar, tiap hari pulsa selalu ada buat nelpon dia, tiap weekend motor selalu tersedia buat nganterin ke mana-mana (well, meskipun gue pernah ngalemin saat-saat cuek kayak begitu, tapi gue gak pernah sok perhatian ama pacar... ya pacar aja gak punya, kuliah juga tiap hari cuman jalan kaki). Emangnya yang dulu udah ngegendong-gendong kita dalam perut selama 9 bulan siapa? Emangnya yang udah nahan rasa sakit pas ngelahirin kita siapa? Emangnya yang udah ngejaga, ngasuh, dan ngedidik kita dari kecil siapa? Emangnya yang udah setia ngerawat saat kita sakit siapa? Pacar? Temen?? Petugas siskamling???

Sadar gue salah, makanya akhir-akhir ini gue mulai memperbaiki kebiasaan gue. Kalo emak nge-sms, gue jawab dengan sms yang bisa menyenangkan hati dia, bahkan kalo perlu, gue duluan yang sms beliau. Sekedar nanya kabar itu seenggaknya udah ngegambarin perhatian kita kepada beliau.

Jadi ya kesimpulannya, kita ini emang udah dikodratin buat harus mencintai keluarga. Kita ini makhluk sosial, dan keluarga ini adalah kelompok sosial terkecil yang kita miliki. Gue berasal dari benua Asia, gue berasal dari Indonesia, gue lahir di Jakarta, gue lahir di dalam dekapan keluarg. Jangan pernah mengingkari apa yang udah menjadi kodrat kita.


Saturday, April 27, 2013

There's Always Person Like That

Selalu ada orang yang begitu, yang memandang sebelah mata terhadap sebagian kecil yang ditampakan oleh orang lain, sementara sebelah matanya lagi tidak ia pakai untuk melihat keseluruhan dari orang yang ia nilai. Selalu ada orang yang begitu, yang apabila ia melihat segala sesuatu yang berbeda dengan pola pikir dan sudut pandangnya, apapun bentuknya dan sekecil apapun hal tersebut, maka orang itu akan menganggapnya aneh dan bodoh. Selalu ada orang yang begitu, yang menjadikan persepsi awal dan justifikasi subjektifnya sebagai landasan dalam memerlakukan orang lain secara berkala.

Sering sekali kita direndahkan dan diremehkan karena satu hal remeh yang tidak sampai separuhnya dari diri ini yang dilihat oleh orang lain. Satu contoh bila yang dilihat orang lain adalah penampilan kita, misalnya karena gue jalan ke mall make kaos kutang doang, terus pas gue pengen beli sesuatu di pasar swalayan, si kasir bilang, “Emangnya mas punya duit?”. Padahal kan gue make kaos kutang bukan berarti gue gak punya duit. Si kasir gak tau aja kalo gue jalan make kaos kutang karena tank top yang biasa gue pake lagi dicuci.

Tidak hanya dilihat, tapi juga didengar. Kadang kita suka mendengar sepenggal kalimat berbunyi, “You are what you say”. Yess, gue setuju, kepribadian orang memang tercermin dari kata-kata yang dikeluarkannya. Tapi separuhnya lagi gue gak setuju. Kenapa? Karena mulut hanyalah perangkat sandiwara terkecil yang dimiliki manusia. Misalnya seorang inferior yang sifatnya tidak suka mendominasi dan meninggikan dirinya sendiri, yang di setiap perdebatan, ia selalu menarik diri dengan berusaha mengalah karena ketidaksukaannya terhadap pertikaian dan lebih memilih untuk menyerahkan kemenangan kepada si superior demi mendapat ketentraman. Dalam berkata, ia cenderung humble dan merendahkan dirinya sendiri, juga tidak berusaha memamerkan potensi dirinya. Karena sikapnya yang seperti itu, orang lain jadi merasa ia tidak lebih dari orang yang gak tau apa-apa dan sangat layak untuk direndahkan.

Tidak hanya masalah kesederhanaan, karena bahkan ada juga orang yang menyembunyikan kepintarannya melalui tindakan dan kata-kata yang bisa dibilang bodoh dan nyeleneh, contohnya adalah Rowan Atkinson. Coba deh, emangnya dari luar dia pernah keliatan bener? Kalo cuman ngejudge dari peran konyolnya di serial Mr. Bean, orang-orang gak akan tau kalo dia itu insinyur elektro. Liat Dexter Holland. Orang biasa ngasih stereotype kalo anak band itu serampangan dan idupnya gak pernah bener. Tapi gak ada yang tau kan kalo dia pernah jadi kandidat untuk Ph.D di bidang biologi molekuler? Dia ngebuang kesempatan itu buat fokus di bandnya, Offspring. Gak hanya itu, ia juga punya gelar sarjana dan master di bidang biologi molekuler. Kebayang gimana pinternya mereka?

Coba kita liat contoh lainnya yang gue ambil dari cerita fiksi, yaitu Itachi Uchiha. Gue yakin temen-temen yang gila komik pasti udah pada tau karakter ini dong. Yap, karakter ini berasal dari komik Jepang ciptaan Masashi Kishimoto bertajukan Naruto. Di awal cerita pada komiknya, dia dideskripsikan sebagai tokoh antagonis yang mempunyai sejarah kelam dengan membunuh sanak saudaranya sendiri. Ketika awal ngebaca komiknya, kita sering disuguhkan oleh kata-kata kejamnya yang menusuk serta perlakuan tanpa ampunnya kepada adiknya, Sasuke. Saat itu, kita pasti beranggapan kalau dia adalah salah satu tokoh jahat ngeselin yang tidak sayang kepada adiknya sendiri. Padahal mah setelah berarung ke volume yang lebih besar, ternyata realita yang terbaca sama sekali berbeda dengan kenyataan terselubung yang disimpannya. Ternyata, ia adalah seorang kakak yang sangat menyayangi dan selalu berusaha melindungi adiknya sampai harus bersandiwara sebagai penjahat. Ia rela diperalat dan dibenci orang lain asal itu bisa membuat adiknya aman. Nah, berarti kan apa yang biasa ia ucapkan sama sekali gak merefleksikan perasaannya yang sesungguhnya kepada Sasuke. Mulut sama hati jadi gak sama kan?

Balik lagi ke soal remeh-meremehkan yang juga bersambungan erat dengan orang yang terlalu dibatasi oleh sudut pandang yang selalu mengkultuskan pendapatnya, sehingga ia jadi berkebiasaan  untuk meininggikan dirinya yang diikuti dengan sikap merendahkan orang lain. Ini sangat merugikan orang lain yang apabila segala sesuatunya yang dilihat berbeda dan tidak sesuai dengan sudut pandangnya, maka ia akan dianggap salah, aneh, dan bodoh. Kenapa merugikan? Karena sangat mungkin terjadi pendapat orang yang selalu merasa dirinya benar ini akan memengaruhi pendapat orang lain terhadap diri kita yang berujung pada suatu pemberian cap buruk. Kalo pengalaman gue sih, dalam sebuah forum, gue pernah mengutarakan pendapat yang berbeda dengan pola pikir salah satu partisipan diskusi. Nah, karena perbedaan itulah dia menganggap gue aneh dan bodoh, sampai menertawakan gue secara abis-abisan. Saat itu gue merasa dipermalukan. Gue juga merasa heran dengan tidak dijunjungnya etika dalam sebuah forum tersebut. Karena gue penasaran dan supaya gue juga gak memutuskan secara sepihak hanya berdasarkan sudut pandang gue aja, jadi gue cari temen diskusi, terus gue tanya deh ke dia mengenai hal itu. Ternyata temen diskusi gue itu berpendapat bahwa pendapat gue tersebut gak salah dan memang gak pantas untuk ditertawakan, jadi gak ada yang aneh dengan logika pemikiran gue. Dari situ dapat dibuktikan bahwa orang yang dianggap remeh oleh satu orang berbeda, tidak selalu remeh di mata orang lain. Pola pemikiran yang selalu meninggikan persepektifnya sendiri sangatlah salah. Kita tidak bisa memaksakan dunia untuk harus selalu mengikuti apa yang kita mau sesuai dengan sudut pandang kita. Salah besar apabila kita selalu menganggap benar diri kita sendiri tanpa memedulikan pendapat orang lain. Gak peduli seberapa tinggi tingkat pendidikan dia atau seberapa banyak pengalaman yang dimilikinya, dia gak bisa memaksakan orang untuk bilang 2 + 2 = 13. Dalam menilik sebuah masalah, seyogyanya kita jangan dibutakan oleh pandangan subjektif dari teropong yang kita punya, karena perbedaan persepsi selalu ada, dan keragaman pendapat pun selalu tercipta.

Emang kalo masalah persepsi sementara yang tercipta dari suatu sensor yang ditangkap oleh panca indera pasti selalu ada pada masing-masing dari diri kita. Itu udah natural terjadi. Pasti secara gak sadar pikiran kita tertuntun untuk mengeluarkan subjektifitas ini. Tapi bukan berarti kita dengan mudah dan gamblang bisa mengutarakan apa yang kita pikirkan tanpa difilterisasi dulu. Kenapa? Karena status kita masih menjadi orang yang sok tau bak analis yang baru mengetahui separuh kecil kebenaran. Gue sendiri sebenernya dulu termasuk orang yang seperti itu, menilai orang berdasarkan impresi pertama yang didapat, walaupun sebenernya hal yang gue pikirkan itu masih tertahan di lidah karena kehati-hatian gue dalam berujar. Namun makin ke sini, gue semakin sadar kalo gue itu salah. Gue gak berhak menghakimi orang lain, karena menurut gue, satu-satunya yang berhak untuk melakukan hal seperti itu adalah hakim yang seadil-adilnya, yaitu Sang Khalik. Yah, walaupun hal ini terlepas dari seburuk apa amalan dia (misal : naro bom rakitan di jamban orang yang lagi boker), yang pasti, sebelum kita bisa menyelami hati manusia secara mendalam dari yang terdalam, kita gak berhak melontarkan komentar negatif hanya berdasarkan sensasi awal yang kita dapat.
Coba pikir deh, gak adil banget kalo kita melabeli orang buruk hanya dari setitik tinta yang memercik pada dirinya. Contohnya, gegara kita ngeliat siswi SMA yang jalannya ngangkang, otomatis kita jadi ngejudge dia sebagai cewek gak baik yang udah kehilangan keperawanan. Padahal kan belom tentu. Bisa aja dia jalan ngangkang gara-gara dulu pernah koprol di atas genteng terus tiba-tiba selangkangannya kesangkut kawat jemuran. Atau bisa aja dia pernah boker di kali terus tiba-tiba selangkangannya digigit biawak, abis itu selangkangannya ilang (terus jalannya gimana). Atau mungkin lagi bisa aja dulu dia pernah dibonceng tukang ojeg, terus gegara duduknya di depan setang motor, selangkangannya jadi kejepit rem tangan. Bisa aja.

Yang lebih gak adil lagi kalo kita diperlakukan berdasarkan persepsi awal semata. Karena ngeliat siswi SMA yang jalannya ngangkang tadi, dia jadi gak menghormati cewek tersebut, sehingga perlakuannya pun jadi semena-mena. Hanya karena opini “sok tau”-nya itu, ia jadi melanggar batas-batas norma. Tidak jarang bahkan orang tersebut sampe gak menghargai kesamaan derajat dan martabat siswi itu sebagai wanita. Kan gak adil.

Yang bahaya adalah apabila sesuatu yang belum dipastikan kebenarannya tersebut disebarluaskan secara brutal kepada orang-orang sekitar alias gosip. Kata orang mah yang suka ngegosip itu adalah anak cewek, padahal enggak juga, karena pada kenyataannya tiap anak cowok ngumpul, mereka bawaannya juga suka ngomongin (aib) orang lain. Dan kebiasaan menggosip itu juga sering muncul di dalam suatu perkumpulan heterogen (cowok ngumpul ama anak cewek atau sebaliknya, bukan heterogen berarti anak cowok ngumpul ama makhluk lain kayak pocong ababil).

Mungkin kita udah familiar dengan yang namanya kata ‘gosip’, tapi apa kita tau impact dari gosip ini sendiri? Misalnya, gue digosipin nikah siri ama Ahmad Dhani, padahal gue udah ijab qobul ama Ivan Gunawan, terus besoknya pas di kampus gue jadi bahan olok-olok ama temen-temen, gue dilemparin telor, ditimpuk tepung terigu, ditaro di penggorengan, dijadiin martabak, abis itu karena stres, gue jadi bunuh diri minum obat nyamuk, tapi masalahnya gue malah jadi sembuh dari penyakit nyamuk. Fatal kan?

Gosip itu adalah kata halus dari fitnah, dan fitnah lebih kejam dari fitness. Membayangkan hal-hal yang dibuahkan oleh gosip aja udah bisa bikin bulu kuduk direbonding. Kalo efek gosip udah terlalu luas, takutnya malah jadi seperti apa yang udah gue bahas di atas, yaitu labelling. Mending kalo kita dicap sebagai orang yang baik, nah kalo sebaliknya? Mau ngapain aja pasti jadi susah.

***

"Terus kesimpulannya dari tulisan ini apaan?"

Yah, dari semuanya itu kesimpulannya sih yang pertama adalah manusia itu ibarat gunung es, apa yang terlihat di atas permukaan hanyalah sebagian kecil dari bentuk keseluruhan. 


Yang kedua ialah dunia tidak sesempit sudut pandang kita, karena masih banyak mata lain yang menaruh pandang pada dunia ini. 


Dan yang terakhir adalah, kita ini makhluk yang kompleks dan dinamis, sebuah impresi pertama tidak akan bisa mendefinisikan kita secara seutuhnya untuk setiap waktu yang bergulir.


Terima kasih, saya Idham Hanafiah, inilah Hitam Burik

Monday, April 15, 2013

Ini Itunya Begadang

Udah sebulanan ini gue tidur pagi mulu... dan rasanya gak enak banget... Gue jadi sering melewatkan aktivitas di pagi hari... Gara-gara tidur jam 7 pagi, gue jadi kebablasan kuliah... gara-gara tidur jam 7 pagi, gue jadi gak ikut UAS... gara-gara tidur jam 7 pagi, gue jadi gak bisa tidur jam 6 pagi...

Sumpah... ini... sakit banget...

Idup gue jadi gak sehat gini...

Beneran dah...

Kayak yang pernah gue posting sebelomnya, masalah dalam pola hidup gue adalah susah tidur. Ini selalu terjadi. Mungkin waktu gue SD, tidur jam 12 malem sementara besok jam 7 pagi musti masuk sekolah itu merupakan hal yang gawat. Pas duduk di bangku SMP, tidur jam 2 dini hari sementara jam setengah 4 harus bangun lagi buat sahur itu adalah hal yang parah. Dan sekarang? Tidur setelah subuh, bobo pas abis pulang kuliah jam 12 (cie bobo...), ampe baru molor jam 3 sore pun seperti udah kebiasa di dalam pola hidup gue.


Dulu gara-gara kebiasaan gue yang kayak gitu, gue ampe harus ngalemin yang namanya gak boleh ikut UAS karena kesiangan sehingga menyebabkan gue harus ngulang mata kuliah tersebut di tahun berikutnya. Sebenernya sih kalo ngomongin masalah telat, temen juga ada yang pernah ngalemin, bahkan dia masuk hanya setengah jam sebelum ujian selese (3 sks), dan ternyata setelah ngeloby pengawasnya ampe batas maksimal, dia boleh ikut ujian. Ya mungkin itu lucknya dia gak ampe harus ngulang mata kuliah. Karena pengalaman gue tersebutlah tiap sebelom ujian, gue selalu minta emak nelpon ke hp. Hal ini dikarenakan alarm hp gue yang gak bisa dipercaya. Masa gue udah masang alarm jam 6 pagi, taunya ampe jam 12 siang gue kagak bangun-bangun. Ketika melek, gue sadar, ternyata hp gue ada di ruang tamu.

Tiap jam 9 pagi, si emak selalu nelpon, sementara alarm hp jam 6 tetep gue pasang. Malahan kadang gue suka minta si Irsyad buat ngetokin pintu gue sebelom dia berangkat ke kampus. Meskipun begitu, sebenernya sebelom emak nelpon juga gue udah bangun sih. Dengan posisi tiduran sambil mata tersepet-sepet (bahasa apaan lagi nih), gue buka-buka materi. Tapi biasanya juga mata gue suka nyuri-nyuri waktu sih buat tidur setengah jam-an. Kenapa gue bisa tidur tiba-tiba gitu pas lagi belajar? Ya, ini karena jam tidur gue gak berubah walaupun itu pas pekan UTS, yaitu di atas jam 2. Pas lagi ngistirahatin mata, sesuai permintaan, si emak nelpon, dengan posisi hp ada di samping kuping gue dan itu ternyata...

Salah banget.

Bukan masalah banguninnya, tapi ringtone hp gue. Hp gue terpasang ringtone lagu Saku dari Dir en Grey dan itu menyebabkan gue kaget jumpalitan setengah mati setelah mendengarnya.

Ini coba dengerin dulu, siapa yang gak jantungan pas lagi enak-enak tidur, tiba-tiba denger lagu beginian di samping kuping tepat dengan volume maksimal.



Gimana? Kaget? Ya enggaklah, orang lagi gak tidur. Terakhir, gue dengerin ke temen gue. dia langsung masuk rumah sakit. Enggak lagi deh gue maksa dengerin lagu ke orang yang lagi bawa motor sambil matanya gue tutupin kaos kaki.

Yah, sebenernya ada banyak alasan kenapa gue sering begadang... Coba deh kita jabarin dulu yak.

1. Kebanyakan tidur siang
Iya ini kayaknya masalah sejuta umat. Kalo kebanyakan tidur siang otomatis rasa kantuk kita pas malemnya buat tidur udah abisi. Gara-gara malemnya gak bisa tidur, akhirnya kita tidur kelewat larut malem, gara-gara tidurnya terlalu larut, akhirnya kita bangun siang, gara-gara bangunnya siang, akhirnya malemnya kita gak bisa tidur lagi. Terus kayak begitu ampe buat jam tidur kita kebalik. Yang laen mah jam 6 pagi udah mulai beraktivitas, gue malah bersiap untuk ngistirahatin badan gue.




2. Internet
Yang laen yang hobi berselancar pas setuju dong ama poin ke 2 ini. Yap, internet emang bisa menjadi caffeine bagi kita. Bener-bener gak kerasa, keasikan maen internet suka ngebuat gue lupa waktu. Waktu masih jam 10, gue masih terlihat nyantai surfing, masuk jam 12, gue mulai ngasih batasan buat maen internet, yaa jam setengah 1 atau jam 1 gue berentilah, masuk jam 1, gue mulai berpikir sok tanggung, gue menangguhkan aktivitas gue maksimal ampe jam setengah 2, terus, terus, dan terus maen internet, tau-tau udah jam 4. Mungkin hal ini juga yang dirasakan oleh para bocah warnet ketika mereka gak sadar kalo game online dan segala tetek bengeknya telah membuat mereka lupa waktu ampe harus disamperin orang tuanya ke lokasi buat pulang.




3. Tugas
Maksud kata 'tugas' di sini adalah tugas kuliah, bukan tugas yang laen-laen. Kadang-kadang temen gue suka salah pengertian. Gue bilang kalo gue begadang gara-gara nugas, eh, reaksi dia malah kayak begini, "Oh, lo nugas tengah malem. Dapet om-om berapa?".

...

Jadi gini ya gue tegasin kalo gue begadang gara-gara tugas kuliah, bukan tugas yang 'laen', dan gue juga gak suka om-om, gue lebih suka perjaka.

Tugas kuliah emang ngehenya bisa bikin orang gegar otak. Gue udah pernah ngeliat sendiri. Gue kasih liat paper tugas kuliah gue ke orang gak dikenal, terus tiba-tiba gue bentrokin palanya ke tembok, abis itu dia gegar otak. Gak tugas individu gak tugas kelompok, selalu menimbulkan keresahan dalam hidup gue, bawaannya jadi emosian mulu, orang-orang pikir gue lagi mens. Mungkin untuk pengalaman gue pribadi, tugas kelompok adalah yang paling ngehe di antara tugas-tugas ngehe yang lain. Kurangnya organisasi kelompok dan inisiatif anggota dalam mengerjakan tugas yang bobotnya memang diporsikan untuk sebuah kelompok selalu menjadi masalah buat gue. Yah, mungkin ini juga bisa menjadi pelajaran buat yang lain supaya pinter-pinter dalam milih kelompok.



***

"Ada gak sih hal positif dari begadang?"

Mmm... coba dipikir dulu... orang-orang bilang yang namanya idup di tengah malem itu gak ada baek-baeknya, padahal sebenernya menurut gue enggak juga. Idup kita ini penuh dengan relativitas. Apa yang jelek  menurut asumsi umum itu gak selalu jelek pada kenyataannya. Idup itu terlalu sempit apabila hanya dibatasi oleh pandangan-pandangan yang sifatnya menggeneralisasikan persepsi. Kalo untuk pengalaman gue sendiri, dengan gue begadang gue bisa melakukan banyak hal yang positif. Nih, coba liat dulu contoh-contohnya.

1. Bikin Lagu
Entah kenapa inspirasi yang bagus tuh munculnya pas menjelang kita tidur. Pas malem-malem kayaknya otak gue lancar banget menangkap segala inpirasi, giliran pas siang disuruh nyebutin nama presiden Geronimo aja gue malah gak tau. Pas gue cek, taunya Geronimo nama merek sempak.  Balik lagi ke masalah inspirasi, saat jam 3 malem gue lagi bengong-bengongnya meratiin kecoa kawin, tiba-tiba gue nemu inspirasi untuk bikin lagu. Aneh emang otak gue terstimulasi ketika mata lagi terfokus ngeliat kecoa kawin. Isenglah gue buka laptop, buka Fruity Loops, buka gembok rumah orang dan gue dilempar galah ampe nembus masuk lobang pantat gue gegara disangka maling. Gue ambil bass gue, nyari riff yang enak sembari bereksperimen nemuin sync yang cocok buat nyisipin di beat yang udah gue bikin. Otak-atik-otak-atik-otak-atik-otak-atik-otak-atik-otak-atik-otak-atik-otak-atik-otak-atik-otak-atik-otak-atik-otak-atik-otak-atik-otak-atik-otak-atik-otak-atik-otak-atik-otak-atik, kayak begitu terus ampe jam 6 pagi, dan akhirnya jadilah lagu ke 2 yang berjudul Thrilling Party. Yah, walaupun lagu yang jadi pas gue begadang tersebut belom final, tapi seenggaknya keterjagaan gue udah ngasih inspirasi untuk bikin lagu.




2. Menjadi Jam Weker
Gak pernah gue sangka kalo gue yang biasanya suka minta orang laen buat bangunin gue ternyata bisa juga jadi jam weker dadakan. Gue ngomong jadi jam weker bukan berarti orang laen kebangun gara-gara gue nelen jam weker, gue gak suka jam weker, gue lebih doyan jam pasir.

Hal ini terjadi ketika bulan puasa, saat udah jam setengah 4 dan keluarga gue belom kebangun buat sahur. Di saat itulah gue menjadi penyelamat mereka dengan ngebangunin buat sahur. Gue bangunin si emak, bilang kalo sekarang udah lebaran, emak tidur lagi. Pas yang kedua kalinya gue serius bangunin dan bilang kalo sekarang udah jam setengah 4, dia nanya, "Beneran?", gue jawab, "Enggak, becanda", doi tidur lagi. Pas ketiga kalinya gue bangunin lebih serius gak pake becanda dan bilang, "Mak seriusan udah setengah 4, ono liat aja jam di hp...", dia langsung loncat dari tempat tidurnya, koporol 3 kali, dan bilang dengan logat Betawi. "Oh, iye bener juge! Ebuset aye terlembet!". Sinar mata emak yang baru gue bangunin memancar silau ke mata gue. Seakan-akan matanya bilang kalo gue adalah penyelamatnya di tengah kering gurun pasir. Setelah bangun dan selese bikin makanan, emak bilang ke gue, "Untung ada kamu, de!". Terus abis itu emak ngulang kata-katanya yang tadi melulu di depan anggota keluarga yang laen. Gue berasa keren.

Gak cuman masalah menjadi jam weker, kadang emak gue juga suka lupa buat ngangetin nasi dan masukin makanan ke kulkas. Di momen tersebutlah gue kembali menjadi pahlawan buat ngengaetin nasi dan masukin makanan. Kebetulan aja gue lagi iseng jalan-jalan ke dapur dan mendapati makanan-makanan yang masih terhampar ngangur di meja makan. Dari kedua kasus tersebut gue mendapat pelajaran bahwa ternyata kepuasan diri itu bisa berasal dari jalan apapun, bahkan dari sekecil ngebangunin anggota keluarga buat sahur dan seremeh menyelamatkan makanan yang nyaris terbuang sia-sia.

Lakukanlah hal yang terbaik sekecil apapun hal tersebut (asoy).




3. Mijitin Emak
Kenapa mijitin emak? Apa hubungannya dengan insomnia? Jadi tepat kemaren waktu gue lagi di Bekasi, sekitar jam setengah 2an gue menyudahi aktivitas berselancar gue di dunia maya. Membaca komik Slam Dunk menjadi transisi menuju tidur gue sembari tiduran di atas kasur. Udah pengen tidur, si emak ngetok pintu kamar gue, enggak tau ada angin apa, ujuk-ujuk dia minta dipijitin tangannya.Katanya tangannya pegel gara-gara tadi abis senam, dan gegara kepegalan, dia jadi gak bisa tidur. Yoweslah gue menunda usaha gue untuk tidur (agak) normal buat mijitin dia.

Yah, ada untungnya juga kan gue masih terjaga, dan kalo dipikir-pikir lagi, belom tidur di tengah malem juga ngasih kesempatan bagi kita untuk berbuat hal-hal yang mungkin gak bisa dikerjakan pas siang-siang. Kayak misalanya kita udah tidur cepet, eh, taunya kebangun tengah malem dan dari situ kita udah gak bisa tidur lagi, nah, itu kan merupakan momentum yang tepat buat salat sunah sepertiga malam terakhir. Atau mungkin kita juga bisa mempersiapkan hal-hal yang dibutuhin buat besok secara lebih detil dan mantap.



***

Jadi yaa intinya gue gak bilang kalo begadang itu baik, begadang itu tetep jelek, karena dari lahir, tubuh kita udah menerima fungsi biologisnya secara urut dari siang untuk beraktivitas dan malem untuk istirahat. Maksud gue adalah, kalo udah terlanjur gak bisa tidur, kenapa kita gak isi waktu kosong kita dengan hal-hal yang gak bisa atau gak kepikiran untuk dikerjakan di siang hari? (sok bijak)

Wednesday, March 20, 2013

BEGO

Awalnya aku pikir ini adalah ulah dewi kesialan yang iseng mengikuti ke mana kaki ini melangkah.  Beranjak maju dari masa lalu, waktu merevolusi pola pikirku, mungkin ini adalah tindak-tanduk non-kooperatif dari variabel-variabel yang mengelilingi diri ini. Bahkan aku pernah menuduh adanya ketidakadilan yang ditampakan langit pada ketimpangan antara usaha dan doa dengan hasil yang aku raih. Menilik orang-orang di sekitar yang terlihat 'santai' dalam usaha maupun doa semakin meyakinkan justifikasiku. Namun seiring menua, arung hidup ini seperti meretas benak yang riuh prasangka.

Ternyata guenya aja yang bego.

Ya, di samping kalimat-kalimat sok novelis sebelomnya, udah gak dipungkiri lagi kalo gue emang bego. Jauh-jauh nyalahin faktor eksternal, padahal yang salah ya gue ini yang bego. Gue emang bego banget. Saking begonya gue ampe gak bisa jawab soal matematika sambil kayang di atas jemuran tetangga.

Banyak hal gak berjalan lancar karena faktor 'gue'. Kalo dijelasin dengan contoh yang paling sepele misalnya waktu gue ngambil duit. Tunggu, tunggu... maksud frasa 'ngambil duit' itu bukan berarti gue pengen jambret orang. Maksudnya gue pengen ngambil duit di atm gitu. Jadi ada orang di atm terus gue ambilin duitnya. Ceritanya, tempo hari gue ke atm berkenaan dengan kewajiban gue untuk bayar tagihan listrik ama cucian. Paling benci gue kalo disuruh bayar tagihan listrik ama cucian. Masa gue minta nyicil 2 semester aja gak boleh. Padahal gue udah kasih sempak kesayangan buat jaminan. Gue udah bela-belain tiap hari ke kampus gak make sempak, eh pas lewat depan rumah bapak kostnya, sempak gue malah dijadiin pancingan cupang. Balik lagi ke masalah atm, niat untuk ngambil duit udah mantap, gue jalan dari tempat kost, masuk ke dalem atm center, keluarin kartu atm dari dompet, masukin jangkrik ke celana orang, gue digampar. Gue kembali mengalihkan fokus gue dari jangkrik ke atm. Gue masukin kartu atm gue. Dengan otak entah di mana gue ngetik nominal duit di perintah input nomor pin. Bego ya? Sadar gue bego, gue nelpon emak minta disekolahin di tk lagi. Enggak ding, ceritanya gak kayak gitu. Yang bener adalah pas sadar gue salah masukin angka, gue malah diherankan oleh mesin atm yang lanjut ngeproses ke penarikan duit. Bukannya kalo salah masukin pin kita gak bisa ngelanjut ke proses selanjutnya ya? Gue pikir mesin atmnya rada error. Gue gak terlalu banyak bereaksi waktu itu. Bersikap masa bodo, gue terusin aja proses pengambilan duit gue. Pas proses terakhir di mana duit harusnya keluar dan resi segera dicetak, si atm bangke malah baru nanyain pin gue. Lah, gimane... kenape dia baru nyadar sekarang... Ni pasti atm belom puber, labil gitu mikirnya. Ngebaca perintah ngehe di atm, gue mulai rada panik. Masalahnya di belakang orang-orang udah lumayan banyak yang antre. Ada yang pengen ngambil duit juga, ada yang pengen transfer, dan ada yang pengen pipis. Gue tau dia pengen pipis gara-gara ngeliat dia melintir-melintirin selangkangan sambil meletin lidah ke bawah. Setelah ngeliat itu, gue jadi yakin kalo dia emang lagi kebelet pipis... atau kesambet kuntilanak rabies. Satu hal yang pasti, setelah ngeliat orang tersebut, gue jadi berkesimpulan bahwa ternyata bukan hanya gue yang ngeliat mesin atm sebagai pispot. Meratiin orang itu yang terlihat bersiap untuk ngencingin mesin atm semakin menambah kepanikan gue, jangan-jangan malah gue yang dikencingin gara-gara muka gue yang lebih mirip pispot ketimbang mesin atmnya. Otak gue jadi tiba-tiba nge-blank. Gue udah kayak Fergie yang deg-degan saat timnya kalah 1-0 oleh Munchen di injury time final UCL 1999,  atau Takagi dan Conan yang lagi berusaha ngejinakin bom di lift dengan sisa waktu yang sempit, atau juga gue kayak Olga yang tegang di detik-detik terakhir menjelang operasi transplantasi jidat. Bayangin si Olga punya dua jidat, satu di pala, satu di pantat, terus dia bokernya lewat infus. Tunggu-tunggu, kok gue jadi mikirin Olga boker lewat infus? Gue harus konsentrasi lagi. Di saat-saat seharusnya gue mengingat berapa nomor pin gue, gue malah mikir berapa ongkos becak dari sini ke Angola. Damn, brain! Come on! I don't have much time! Sialan, kenapa gue jadi ngomong bahasa Turki. Gue nyoba sekali, salah. Gue coba masukin pin bb gue, salah. Kepanikan ini terus berlanjut ampe akhirnya gue berada di kesempatan yang terakhir. Kampret ni atm, kalo tadi dia gak ngelanjutin prosesnya kan gue bisa cancel sebelom kesempatan ketiga input pin, terus pas udah inget nomornya lagi, baru gue masukin lagi kartu atm gue deh. Nah sekarang? Gue pengen cancel tapi gak ada pilihan cancel, gue pengen dobrak mesin atmnya pake pantat, tapi pantat gue lagi cedera gara-gara kemaren pas abis boker gue cebok pake bensin dan ngeringin pantat di atas api unggun . Kampret, kampret, kampret, kampret.  Yaudah, gue pertaruhkan nama gue sebagai man of the match balap karung. Dengan segala konsentrasi yang gue curahkan, harga diri dan martabat keluarga yang gue pertaruhkan, serta doa yang gue panjatkan... akhinya gue... ngitungin kancing. Tapi karena gue lagi gak make kemeja, gue jadi ngitungin bulu kaki. Dari situ gue masukan angka majic gue dan... Dan, yes!

Gagal.

Gagal sodara-sodara.

Gagal, nih.

Sekali lagi deh.

GAGAL.

Gue udah panik aja pas tau gue salah masukin pin untuk ketiga kalinya. Gue ngeri banget kartunya ketelen, soalnya sebelomnya kartu gue juga pernah ketelen pas gue salah ngira kartu atm sebagai martabak manis. Di saat gue udah mulai putus asa, eh, ucuk-ucuk kartu atm gue keluar lagi. Gue liat kondisinya masih aman, gak lecek, baret-baret, dan bekas lipstick banci sotoy. Huffftt... *ludah muncrat 5 meter* Untuuung ya Allah... Alhamdulillah... gue lega banget sumpah... Gue berasa mendapat secercah cahaya, sebuah kesempatan kedua untuk melakukannya kembali. Dan pas gue coba kartu gue di mesin atm yang lain ternyata kartu gue... gak bisa dipake. Iyalah.

Setelah itu idup gue jadi simpang siur. Mau makan musti ngeruk-ngeruk tong sampah dulu, mau pipis musti buka celana dulu. Yah, itu hanya salah satu contoh sederhana kebodohan gue. Yang fatal? Nih contohnya udah pernah gue pos juga.

Kadang-kadang gue suka kesel ama diri gue sendiri. Dan yang menyebalkan dari membenci diri sendiri adalah kita gak bisa ngapa-ngapain terhadap diri sendiri. Memaki diri sendiri? Sering. Menjadi Masochist? Pernah. Bunuh diri? Astaghfirullah, jangan sampe. Nyantet diri sendiri buat ngilangin pantat? Itu... belom pernah... terpikirkan... sama sekali... oleh gue... sumpah...

*Kayaknya gue rada kualat nih gegara pernah motoin poto orang yang ditempel di atm center... Bukan sekedar motoin... Tapi gue poto terus gue masukin ke blog ini..........


Wednesday, March 6, 2013

Ngeselin

Apa yang lebih ngeselin dari sebuah situasi dikusi yang sedang membahas topik yang cukup serius?







Ya, itu adalah munculnya seorang biang kampret yang nawarin kebaya buat cowok sebagai dress code foto kelas. 

Gue orangnya emang ngeselin. Terbukti udah beberapa kali gue ngebuat temen terjebak dalam sebuah masalah. Dulu temen gue pernah diomelin ama pacarnya gara-gara display picturenya yang kepajang di bb-nya. Kenapa marah? Karena foto tersebut merupakan hasil dari usaha gue ngajarin pose dalam berfoto yang keren (baca : memalukan) kayak yang terlihat dalam bukti otentik ini.

Lain foto, lain cerita. Kemarin temen gue, si Mbah, nge-bbm gue. Sebelum gue lanjut cerita, gue pengen ngejelasin kenapa dia gue panggil Mbah. Alasannya adalah dia emang tua dan yang dituakan di antara temen-temen gue, jadi tiap hari gue tua-tuain dia biar lebih tua. Nah, lanjut ke bbm, isi bbm-nya kurang lebih adalah tentang permintaan dia untuk menghapus foto-foto vulgar yang ada di blog gue, nih di sini.  Katanya dia jadi diceng-cengin temennya gegara pas googling nama dia taunya muncul foto beringas tersebut. Gue jadi ngerasa berdosa. Pasti dia sekarang jadi gak punya muka. Pasti dia sekarang udah jadi slenderman. Dia gak minta apus semuanya sih, cuman 1-2 foto yang dia anggap paling memalukan aja. Ngomong masalah foto memalukan, selama ini muka gue ada di mana ya?

Dari kecil gue emang udah ngeselin. Orang lagi benerin antena tiba-tiba gue jorokin lah, anak kecil lagi nangis tiba-tiba pantatnya gue masukin pasir lah, orang tua lagi make obat mata tiba-tiba isinya gue ganti air cuka lah. Gue bener-bener ngeselin pada saat itu. Tapi kini gue udah berubah. Sekarang gue udah dewasa. Gue gak bakal lagi jorokin orang atau ganti isi obat mata. Gue juga gak bakal lagi masukin pasir ke pantat anak kecil, paling sekarang gue masukin petasan.

Masih banyak hal ngeselin yang ada dalam diri gue mulai dari cara gue memandang, cara jalan, ampe cara kentut. Kentut gue emang rada beda dengan orang lain. Gue biasa kentut nyamping lewat idung. Jadi idung sebelah kanan gue kentut, idung satunya lagi nyium baunya, dan bersamaan dengan itu gue koma 3 hari. Balik lagi ke masalah ngeselin, impresi mayoritas orang yang ngeliat gue saat pandangan pertama adalah gue orangnya ngeselin. Dibilang jutek, sombong, dan malah waktu pertama kali masuk SMA, salah satu temen gue ada yang ngira gue itu preman sekolahan. Gue gak ngerti dari mana kayak premannya walaupun gue akuin kalo idung gue mirip celurit tumpul. Beragam reaksi tersebut semakin ngebuat gue yakin kalo gue orangnya ngeselin. Gak percaya? coba liat foto di bawah ini.

Kayak gini preman sekolahan?

Coba pantengin foto ini selama tidak kurang dari 3 detik, pasti temen-temen pada langsung emosi dan bawaanya pengen gebok komputer pake dispenser. Terakhir bayi yang baru lahir masuk lagi ke perut emaknya gara-gara gak nyangka kalo di dunia ada makhluk kayak begini...

Ngeselin kan?


Monday, March 4, 2013

Penyesalan

Penyesalan selalu datang terlambat. Ya kalo datengnya duluan itu namanya bukan penyesalan, tapi kegelisahan, bukan menyesali yang udah terjadi, tapi mengkhawatirkan yang belom terjadi. Untuk gue yang selalu over thinking, penyesalan dan kegelisahan selalu menjadi musuh bagi pikiran dan hati gue. Tiap pengen tidur, penyesalan atas hal-hal yang salah gue lakuin selalu menghantui pikiran gue, "kenapa tadi gue ngomong kayak begitu?", "kenapa tadi gue gak bisa jawab soal ujian itu?", "kenapa tadi gue nyodok pantat ayam make tusuk gigi?". Selalu aja pertanyaan-pertanyaan semacam itu muncul di batas alam sadar gue, kecuali yang bagian gue nyodok pantat ayam, masa pantat ayam gue sodok make tusuk gigi... kan make tusuk konde.


Gara-gara terus mikirin hal tersebut, gue ampe gak bisa tidur. Begitu sadar, tau-tau udah pagi aja. Idealnya kalo mau tidur kita emang harus mengosongkan pikiran kita. Ketika tidur, kita bener-bener harus mengistirahatkan tubuh, termasuk juga otak kita. Gue nyoba kosongin otak gue, besoknya gue lupa nama gue siapa. Setiap malem gue kayak begitu mulu, terus-terusan ngosongin otak, pas hari ketujuh gue lupa jenis kelamin gue apa.

Banyaknya penyesalan membuat gue selalu berharap agar gue punya mesin waktu untuk bisa memperbaiki kesalahan gue di masa lalu. Gue selalu merenung dan berandai, coba aja saat gue lagi terbengong-bengong di depan meja belajar, tiba-tiba lacinya kedorong keluar dan dari situ muncul robot botak setinggi gas elpiji yang mengenalkan mesin waktu ke gue. Pastinya gue akan sangat bahagia bila hal itu terjadi. Bayangin coba apa aja yang bisa gue lakuin dengan mesin tersebut, gue gak bakalan nyodok pantat ayam make tusuk gigi. Ayamnya pasti bakal gue piara, terus gue goreng esok hari kemudian.

Salah satu penyesalan yang lagi ngetren dalam hidup gue karena terus gue pikirin adalah penyesalan karena salah ngatur jadwal. Jadi, semester ini gue harus ngambil 15 sks, 3 mata kuliah wajib dan 2 mata kuliah pilihan, ya kalo sama magang palingan jadi 19 sks. Dan jika dibandingin dengan semester-semester sebelumnya yang mana gue selalu ngambil 23 sks, itu merupakan perbedaan besar yang amat jelas terasa. Gue bakalan rada nyantai kuliahnya dibanding semester-semester yang lalu.

Tanggal 4 Februari adalah hari pembayaran kuliah, bersamaan dengan itu, bagi mahasiswa yang udah bayar uang kuliah, maka mereka berhak input mata kuliah lebih dulu. Tanpa pikir panjang, gue langsung bayar kuliah di hari itu juga (secara teknis, si babeh yang 'mengalirkan' duit ke kampus). Langsung pagi-pagi gue (babeh) bayar lewat internet banking. Awal mula gue rada panik, soalnya sistemnya rada macet ngehe gitu, kayak gak bisa ngebaca perintah kita. Elah ni komputer belom gue suruh belanja ke pasar aja males. Gue bingung, babeh bingung, dan emak tereak nemuin kolor gue kesangkut di sikat giginya. Gue nyoba untuk tenang. Gue beranjak dari ruang komputer, jalan menuju kamar, rebahan di tempat tidur, menenangkan pikiran, terus tidur lagi. Terlalu tenang, gue tidur ampe 7 setengah jam, bangun-bangun gue panik lagi. Ngeliat hp, ada temen nge-sms nyuruh input mata kuliah sekarang takut keburu penuh, gue langsung buru-buru menuju ruang komputer lagi. Lagu-laguannya gitu gue sendiri yang ribet, padahal mah babeh gue yang ngurusin, orang yang punya duit doi, kebayang kalo gue yang megang token, bakal gue belanjain tu duit buat beli patung marmut. Si babeh coba lagi. Semua data babeh tanyain ke gue kayak NPM gue berapa, kode institusi gue apa, gue kuliah di mana, nama gue siapa. Setelah berngehe ria di sistem pembayaran internet banking, akhirnya tu duit kekirim juga, lega gue. Gue pun langsung ngacir ke situs akademik IMT, milah-milah mata kuliah. Secara random gue pilih mata kuliah-mata kuliah yang akan gue ambil, gak tau mana yang mata kuliah wajib, mana yang pilihan, goblok ye. Dengan konsentrasi yang penuh serta pertimbangan yang matang, akhirnya gue dapet juga jadwal kuliah impian semua mahasiswa, yaitu Selasa, Rabu, dan Kamis; 3 hari doang! Gue ngerasa cerdas. Minggu depannya pas gue baru tau kalo ternyata 1 mata kuliah wajib gak gue ambil kemaren, gue ngerasa goblok. Menurut aturan, kita wajib ngambil 3 mata kuliah wajib dan 2 mata kuliah pilihan, ini kemaren gue malah ngambil 2 mata kuliah wajib dan 3 mata kuliah pilihan, goblok pangkal idiot. Panik, gue cek sistem akademik gue lagi, berharap masih bisa ngambil mata kuliah wajib tersebut sambil tetap mempertahankan jadwal impian gue, namun kenyataan berkata lain dan gue berkata fak yu. Dapet sih dapet mata kuliahnya, cuman gue kebagian yang hari Jumat, wasuu. Gegara kuota kelas yang hari Kamis penuh, gue jadi harus ikhlas kuliah keesokan harinya. Mana gue dapet kelasnya juga kelas sisa lagi yang isinya mayoritas angkatan bawah. Temen sengkatan aja yang kenal dikit, apalagi yang beda angkatan... nama dosen aja kadang-kadang lupa... gue malah kagak tau nama presiden ke-6 Uganda...

Dengan lemas gue turun dari meja komputer (ya, gue emang nginput mata kuliah sambil nangkring di atas meja komputer).  Dengan berat langkah gue jalan ke kamar, saking beratnya kaki buat digerakin, gue ampe ngelangkah pake idung, begitu nyampe kamar idung gue kebeset-beset kayak abis diamplas.

Entah gue yang lebay atau emang gue lebay, berhari-hari sejak hari itu gue galau abis. Kuliah hari Jumat berasa mau kiamat bagi gue. Ke mana-mana bawaanya jadi gak napsu. Ke kamar gak napsu, ke ruang makan gak napsu, ke toilet gak napsu. Karena gue yang lagi gak napsuan ama toilet, gue boker di kali. Padahal, padahal, padahal kalo Jumat gue gak kuliah, gue bisa dapet long long long long long long long long long long long long long long weekend. Gue bisa tiap 2 minggu balik ke Bekasi, Kamisnya balik, terus ke Bandungnya lagi hari Rabu pagi (Rabu gue kuliah jam 1 siang). Kan kalo di Bekasi gue bisa bebas makan apa aja tanpa harus musingin duit. Gue juga bebas nyetel musik kenceng-kenceng jam 3 pagi tanpa harus takut diomelin bapak kost, karena yang bakal ngamuk adalah emak gue. Dan lagi internet di sana tuh merdeka banget, gak kayak di Bandung yang mau ngakses goal.com aja musti nunggu dari sahur ampe buka puasa dulu.

Ampe sekarang sebenernya gue masih mikirin, betapa begonya gue kemaren nyusun jadwal. Gue nyesel beneran nyesel. Kenapa gue gak bisa teliti dikit pas milih mata kuliah? Kenapa gue gak bisa lebih pinteran dikit?? Kenapa gue gak bisa ngelurusin dikit pipis gue??? Kenapa ya Allah???? Kenapaaaaaa...????? Tapi yaudahlah ya... yang penting syukurin dan jalanin aja semua ini... Nasi udah jadi bubur, Briptu Norman udah jadi artis... hufffffftt... *muncrat 3 meter*