"Anger is an emotion characterized by antagonism toward someone or something
you feel has deliberately done you wrong. " - American Psychological
Association
Dari situ dapat diketahui bahwa kalimat itu ditulis dalam bahasa Inggris.
Oke, oke, sekarang serius.
Amarah adalah bagian dari luapan emosi seseorang yang bisa dipicu oleh
beberapa hal. Gue akan mengutip kata-kata dari seorang tokoh dunia, Al Ghazali.
Ia berkata, "Cara jadi orang ganteng itu rajin-rajin make Ponds. Pondsnya
bukan diolesin ke muka, tapi diminum".
Ah, shit, bukan Al-Ghazali anaknya Ahmad Dhani maksud gue. Sialan gue masih
gagal fokus. Maklum, gue ngetik make keyboard pianika. Jadi yang bener gue
pengen ngutip kata-katanya Imam Al Ghazali. Gue ngutip gak langsung aja dari
kitabnya Ilya Ulumuddin. Jadi menurutnya sikap marah itu dibagi
atas 3 poin berdasarkan sifat dan latar belakang penyebabnya. Yang pertama
adalah marah yang terpuji, yaitu marah yang timbul karena Allah swt dan agamanya.
Singkatnya ini berkenaan dengan segala bentuk pelecehan dan penghujatan yang
diterima. Kita marah untuk menunjukan pembelaan, bukan meng-exspose arogansi.
Yang kedua adalah marah yang tercela, yaitu sikap marah yang disebabkan oleh
hal-hal maksiat dan hawa nafsu. Dan yang terakhir adalah marah yang
diperbolehkan, yaitu amarah yang diakibatkan oleh hal-hal di luar kemaksiatan.
Mungkin kalo dijelasin dengan contoh, amarah ini terjadi atas bentuk reaksi
dari suatu aksi konfrontatif. Misalnya kita lagi jalan tiba-tiba pantat kita
disedot make vacuum cleaner, nah itu
baru marah.
Seperti yang gue bilang sebelumnya, amarah adalah salah satu dari luapan
emosi seseorang. Jadi ketika orang tersentuh sisi emosionalnya, respon yang
diberikan gak melulu harus marah. Bisa aja luapan emosi itu berupa tangisan
atau segala bentuk patologi perasaan lainnya yang menunjukan reaksi dari suatu
permasalahan. Ya gampangnya ketika gue ditendang orang dari belakang, gue gak
langsung marah, gue bakalan ketawa terbahak-bahak, abis itu gue bor pantatnya.
Banyak hal yang orang lakukan saat lagi katarsis. Yah, tereak-tereak, swearing, bermonolog kayak orang gila
(berpikir kalo kita lagi ngomel-ngomel di depan orang imajiner), banting
barang, nonjok tembok, ampe mungkin mukul-mukulin diri sendiri. Biasanya kalo
gue udah ngamuk-ngamuk kayak gitu, mata tuh udah gelap banget, kayak pikiran
udah dimasukin ama setan. Jantung deg-degan, dada panas, muka merah, pantat
meleleh, gue gak nyadar setrikaan nempel di pantat.
Ada banyak tempat yang suka menjadi pemicu amarah kita; sekolah, kampus,
tempat kerja, pokoknya segala tempat yang membawa kejenuhan kita dalam
beraktivitas. Di mana kita berjibaku, dibawa pada suatu titik jenuh dari
rangkaian kegiatan harian yang menguji kesabaran kita. Intinya suatu zona nonkomformitas
memberikan kita tekanan terhadap pikiran dan hati. Merujuk pada itu, maka rumah
juga bisa masuk dalam irisan zona tersebut. Ya mungkin ada yang punya masalah
ama sodara atau orang tua, bahkan rumah yang seharusnya menjadi zona paling
kondusif dan aman aja masih menyimpan potensi untuk mengurung kedamaian hati
kita. Satu tempat lain yang selalu menjadi sarang bagi penguji-penguji amarah
kita adalah jalan raya. Udah di rumah kayak gitu, tempat kerja bikin jenuh, nah
ini ditambah lagi dengan jalan raya yang penuh dengan setan jalanan. Ngeliat
jalan raya ibu kota yang penuh dengan angkot ngetem, motor motong, dan
nenek-nenek nge-gym emang suka ngebuat frustasi para pengguna jalan, termasuk
gue. Bayangin aja, gue lagi ngebut di jalan tiba-tiba ada nenek-nenek naek treadmill nyalip gue, gimana gak emosi?
Biar bagaimanapun, marah meledak-ledak di depan orang harus dihindari. Ketika
gue marah di depan orang, yang menerima efek marah itu bukan cuman gue, tapi
juga orang lain, dan efek tersebut gue yakin bukan cuman sesaat. Jadi jangan
dipikir yang enggak nyaman tuh cuman orang yang nerima kemarahan, tapi juga
orang yang marah itu sendiri. Efek setelah marah adalah kelegaan sesaat dan
rasa sakit setelahnya. Yang merasakan efek negatif bukan hanya orang lain, tapi
juga kita sendiri. Orang lain merasa sakit hati, kita juga pasti merasakan
sakit akibat kerenggangan hubungan kita dengan orang tersebut. Yang awalnya
temenan baek, terus jadi selek-selekan, berantem-beranteman, akhirnya jadi
musuh-musuhan. Enggak ada yang enak dari punya musuh bagi kita sebagai makhluk
sosial. Semua berawal dari marah.
Selain itu, gak cuman efek pada hubungan sosial, ada beberapa efek negatif juga bagi kesehatan tubuh dari amarah itu sendiri. Penyakit jantung, gangguan pernapasan, darah tinggi, sakit kepala, stroke adalah sebagian kecil dari efek buruk marah bagi tubuh.Ya bayangin aja orang bisa sakit kepala kalo marah-marah sambil jedorin pala ke tembok.
Marah-marah mulu juga bisa bikin cepet tua. Dengan marah, otot-otot muka
kita akan lebih sering berkontraksi yang nantinya akan menyebabkan keriput.
Udah gitu, marah juga bisa bikin hormon stres kita, termasuk adrenalin, dan
kortisol memompa jantung untuk berdegup lebih kencang. Ketiga hormon
tersebut dalam kadar tinggi dapat memberikan dampak buruk bagi jantung. Ya kalo
kate, Jerry Kiffer, MA, peneliti bidang jantung dan otak dari Cleveland
Clinic’s Psychological Testing Center, AS; hal itu terjadi karena otak memompa
terlalu cepat, pembuluh darah mengerut, dan tekanan darah naik. Katanya itu
bisa merusak arteri. Terus waktu kita marah juga organ-organ tubuh kita banyak
mengalami perubahan, ujung-ujungnya bisa mempercepat proses kematian. Ya gitu.
Ya itu cuman beberapa alasan kenapa kita seharusnya menghindari amarah yang
berlebih. Sayangnya banyak orang mengukur nilai seseorang dari tingkat
kemarahan yang bisa dia keluarkan. Maksudnya ketika kita dibilangin, "Lo
kan orangnya gak bisa marah", itu mengimplikasikan 2 penafsiran yang
berbeda. Yang pertama kita itu orangnya baek, kalem, dan penyabar; yang kedua
adalah kita itu orangnya lembek, gampangan, dan gak ada harganya. Kita bisa
ambil penafsiran yang pertama kalo kita orangnya super positif, walaupun kita
juga gak bisa mengesampingkan interpretasi yang kedua. Ketika orang berpendapat
kayak gitu tentang kita, seakan-akan secara gak langsung orang itu pengen
bilang kalo dia bisa berlaku senaknya nginjek-nginjek kita karena gak bakal ada
reaksi yang perlu ditakuti. Misal dia punya utang ke kita, terus karena dia
berpikir kalo kita gak bisa marah, lantas dia jadi ngegampangin tanggung
jawabnya buat ngebayar utang. Atau ada juga yang karena terlalu ngeremehin
kita, jadinya dia dengan asyik ngegesek pantat kita make benang gelasan. Ada
aja.
Sebenernya untuk disegani, kita gak perlu repot-repot ngeluarin emosi.
Dalam konteks ini, seenggaknya secara psikologis, kita dibagi atas 3 sikap;
submisif, asertif dan agresif.
- Submisif. Orang submisif biasanya
pencinta damai, sebisa mungkin menghindari segala bentuk konfrontasi
apapun yang berpotensi menghasilkan konflik. Dia juga suka terhambat dalam
mengekspresikan diri, cenderung dikuasai rasa takut & tertekan, serta
cenderung bereaksi di belakang. Jadi bisa dibilang kalo dia digebuk make bangku
dari belakang, dia marahnya baru 3 tahun kemudian. Orang-orang kayak gini
punya tingkat toleransi yang sangat tinggi; mengalahkan kebutuhan diri dan
menyerah pada permintaan orang lain. Selain itu juga biasanya orang kayak
gini tuh kelewat baik, kalo mau ngomong dipikir-pikir dulu kata per
kata-nya sebelum dikeluarkan agar gak menyinggung orang lain, pokoknya
mikirin perasaan orang laen banget deh.
- Asertif. Orang asertif adalah orang
yang tegas, berani mengungkapkan perasaan terdalamnya (asik) tanpa
menafikan harga diri orang lain. Maksudnya, walau dia kagak tertutup macem
orang submisif, dia masih menghargai dan menghormati orang lain. Jadi kalo
ada hal yang gak berkenan, biasanya ama dia langsung diungkepin di depan,
tapi dengan bijak dalam berkata. Kebutuhan diri dan kebutuhan orang
dipandang seimbang, menjelaskan bahwa tipe-tipe orang kayak gini tuh kagak
bakalan mau ditindas ama kepentingan orang lain, juga tetap menghargai
kebutuhan orang tersebut.
- Agresif. Orang agresif merupakan
orang paling jujur dan super terbuka. Gak ada batasan dalam berpendapat,
cenderung memaksakan kehendak, gampang marah, dan selalu menimbulkan
ketegangan. Orang kayak gini biasanya kalo ngomong suka nyakitin orang
laen.
Sebenernya secara natural kita punya ketiga sikap itu, cuman mungkin
penempatan konteks situasi atas masing-masing yang mendominasilah yang menjadi
pembeda. Begitu banyak dampak yang bisa dihasilkan dari marah yang mungkin
belom temen-temen ketahui (dan pastinya berada di luar dari tulisan ini). Jadi
dari pos gue kali ini, poin yang dapat disimpulkan adalah:
- Kalo
mau dipandang, maka bersikaplah asertif. Terlalu baik bisa diremehin dan
terlalu agresif bisa dijauhin.
- Marah
bikin buta, buta bikin salah, salah bikin penyesalan, penyesalan bikin
masalah, masalah bikin stres, stres bikin cepet tua, cepet tua bikin cepet
mati.
- Gak ada
orang yang seneng pantatnya disedot make vacuum cleaner.
- Dan
entah kenapa di tulisan ini gue kayak semacem terobsesi gitu sama pantat.
Segala pantat dibor lah..
Dan terakhir banget sebagai penutup, gue mo ngutip sabda Rasul:
"Orang kuat itu bukanlah yang menang dalam gulat tetapi orang kuat
adalah yang mampu menahan nafsu amarahnya." (HR. Bukhari dan Muslim)
Maramaramara