Alkisah di sebuah kota yang merupakan tempat Clark
Kent bertugas, metrotivi, lahirlah seorang anak yang terbentuk dari seonggok
daging dan gumpalan daki, ia bernama Idham Hanafiah. Idham atau biasa dipanggil
Ndam ini sangat hobi mengunyah permen karet. Setiap hari ia selalu mengunyah
permen karet rasa kesukaanya, jengkol. Tiada hari tanpa mengunyah permen karet
bagi Ndam, sampai suatu tragedi terjadi di mana ia saat itu tengah kritis
karena keracunan makanan. Ketika permen karet kunyahannya sudah hambar, ia
bermaksud untuk menggantinya dengan permen karet baru, namun naas ternyata ia
salah membedakan antara permen karet dengan karet gelang.
Sama seperti anak-anak kebanyakan, Ndam juga
mempunyai cita-cita. Ia bercita-cita menjadi seorang teknisi mesin handal.
Suatu saat ia ingin mewujudkan impiannya untuk membuat pesawat terbang bawah
tanah. Ia sangat serius untuk menggapai mimpinya itu. Setiap hari ia selalu
belajar mengenai mesin pesawat. Di umur 5 tahun, Ndam sudah mampu membongkar
pesawat telepon orang tuanya. Ia digampar karena tidak mampu memasangnya
kembali.
Ndam kecil pikirannya sangat berbeda dengan
anak-anak lainnya. Ndam selalu melihat suatu masalah dengan sudut pandangnya
sendiri. Ia selalu berpikir out of the box, karena memang otaknya ada di luar kepala.
Ya, otaknya ada di dengkul. Ketika anak-anak sebayanya masih berpikir berapa
1+1, Ndam sudah berpikir bagaimana cara ular cebok. Ia dikeluarkan dari
sekolahnya karena menanyakan hal ini kepada gurunya. Kisahnya benar-benar mirip
dengan masa kecil Thomas Alva Edison. Bedanya Edison dianggap idiot, sedangkan
Ndam dianggap sedeng karena berusaha mengorek pantat ular.
Meskipun ia begitu diasingkan oleh
teman-temannya, bahkan oleh guru dan keluarganya sendiri, namun ia masih
memiliki teman setia. Teman setia tersebut adalah seekor kucing yang sudah ia
pelihara sejak masih dalam kandungan. Kucing tersebut ia namai “Kelinci”. Ya,
“Kelinci”, no offense untuk para
kelinci di dunia. Ndam selalu bersama Kelinci di mana pun ia berada. Saat
makan, Ndam ditemani oleh Kelinci di ruang makan; saat tidur, Ndam membawa
kelinci tidur bersamanya di tempat tidur; saat boker, Ndam memasukan Kelinci ke
dalam kloset. Ndam dan Kelinci adalah gambaran persahabatan sejati antara dua
makhluk yang berbeda. Inilah yang dinamakan bromance.
Persahabatan mereka begitu indah layaknya persahabatan
antara Spongebob dan Spiderman. Mereka saling mengisi satu sama lain. Di saat
tempat tidur Kelinci rusak, bahu Ndam lah yang menjadi tempat sandaran Kelinci;
di saat Ndam kehabisan makanan, Kelinci lah yang menjadi bahan makanan
cadangan. Hari-hari mereka dilewati dengan sukacita. Tidak ada yang menyangka
jika persahabatan ini harus diputus oleh maut. Ketika itu Ndam dan Kelinci
sedang menaiki kereta, mereka bermaksud pergi ke Indomaret. Suasana dalam
kereta dihiasi oleh pemandangan remaja yang sedang berpacaran, om-om yang
sedang membaca koran, dan ibu-ibu yang berusaha melahirkan dengan masih
mengenakan sempak. Semuanya terlihat normal. Ndam pun seperti biasa, sedang
bermain sendiri dengan si Kelinci. Sebenarnya Ndam masih belum bisa melupakan
hobinya mengunyah permen karet, jadi terkadang ia secara tak sadar mengunyah kepala
Kelinci yang ia kira permen karet. Saat Ndam tersadar, ia kaget dan segera
memuntahkan si Kelinci. Untungnya si Kelinci baik-baik saja, ia hanya butuh
napas buatan. Ndam berusaha nyipok si Kelinci untuk memberikan napas buatan,
tapi apa daya, si Kelinci malah tersedot dan kembali masuk ke mulut Ndam. Di
saat Ndam berupaya untuk mengeluarkan si Kelinci, tiba-tiba saja keretanya
berhenti mendadak. Sontak para penumpang terkaget-kaget, tak terkecuali ibu-ibu
yang sedang melahirkan. Masinis yang memimpin perjalanan segera mengecek
penyebabnya. Ternyataa keretanya kehabisan bensin. Setelah mengetahui hal
tersebut, Masinis segera menyuruh kernetnya untuk membeli bensin di tempat
jualan bensin terdekat. Beruntung, di sekitar area tersebut terdapat tukang
jual voucher bensin. Kernet pun segera memesan bensin elektrik. Di situ terjadi
pergejolakan tawar-menawar. Kenaikan harga bbm membuat harga bensin elektrik
menjadi sangat mahal, yaitu sekilonya menjadi Rp 500.000,-. Kernet kereta tidak
mau membeli bensin tersebut dengan harga Rp 500.000,-, menurutnya itu terlalu
mahal. Ia menawar harga bensin menjadi setengah juta, tapi tukang bensinnya balik
menolak karena tidak mau merugi. Karena kernet sangat pusing dengan dampak dari
kenaikan harga bbm ini, ia beralih ke whatsapp, kereta pun bisa dijalankan
kembali. Di satu sisi penumpang merasa lega dengan melanjutnya perjalanan
mereka, tapi di sisi yang lain, penumpang juga turut berduka atas korban-korban
jiwa yang disebabkan oleh kecelakaan ini, salah satunya adalah si Kelinci.
Kronologis ceritanya adalah ketika Ndam berusaha mengeluarkan Kelinci dari
mulutnya, tiba-tiba kereta berhenti mendadak, hal itu menyebabkan Ndam tersentak
dan memuncratkan si Kelinci. Muncratan tersebut mengarah ke ibu-ibu yang sedang
melahirkan, dan secara mengenaskan, Kelinci tewas terhimpit di antara belahan
pantat si ibu-ibu. Para penumpang secara bergotong royong berusaha melepaskan
Kelinci dari himpitan pantat ibu-ibu tersebut, namun kuatnya gaya tarik yang
dikeluarkan oleh sempak ibu-ibu tersebut membuat Kelinci terjebak di dalamnya. Saat
Kelinci berhasil dilepaskan, bersamaan dengan itu pula si ibu-ibu berhasil
melahirkan seorang bayi. Namun demikian, bayinya tidak selamat karena organ
dalam tubuhnya hancur terkena dorongan kucing yang masuk ke pantat ibu-ibu
tersebut. Si ibu juga sudah kehabisan tenaga setelah berusaha mengeluarkan bayi
selama hampir 9 tahun. Kejadian ini membuat Ndam menangis tersedu-sedu. Ia
sangat menyesal atas perbuatan cerobohnya. Lalu ia berjanji untuk membalas
dendamnya dengan memburu semua sempak di dunia.
Hari-hari setelah kejadian itu Ndam lalui dengan
memburu sempak. Ia terus mencari tahu tentang keberadaan keturunan sempak yang
telah menzolimi kucingnya. Ia tumbuh dengan terus menyimpan dendam terhadap
sempak. Ia menjalani kehidupan remajanya dengan kuliah sastra mesin sambil
memburu sempak. Karena dendamnya terhadap sempak begitu tinggi, ia tidak pernah
memakai sempak di setiap harinya. Ia selalu menggunakan koteka yang ia beli
saat ia berwisata ke Papua dulu. Ia hanya memiliki 1 koteka, jadi di saat
kotekanya lagi dicuci di laundry, ia menggunakan karung beras.
Ndam mecari ke sana-ke mari untuk mendapatkan informasi
mengenai tempat persembunyian bos sempak. Menurutnya bar adalah tempat yang
paling cocok untuk mengumpulkan informasi. Ia pun pergi ke bar bernama “Pondok
Janda”. Di sana ia sempat menanyai beberapa pengunjung, namun tidak satu pun
dari mereka yang tahu apa yang Ndam katakan. Ndam ngomong kayak emak-emak
transgender keselek sabun. Ia tidak menyerah begitu saja. Sambil menyuap duren
yang ia pesan, ia memutar otaknya untuk mencari strategi. Bukannya mendapatkan
strategi, kepala Ndam malah sengklek gara-gara otaknya diputer beneran make
obeng. Tak terasa duren yang ia pesan sudah masuk ke suapan yang ke-59, Ndam
mabok duren karenanya. Seorang pria di sebelahnya menegur Ndam. Pria berbaju
lusuh, berkumis tipis, dan bergigi tonggos sekitar 8 cm ke atas itu berkata,
“Seorang pria hanya mabok duren jika ia sedang ingin nyipok cowok atau membunuh
keperjakaannya”. Setelah itu pria tersebut menepuk pundak Ndam, membuat Ndam
keselek biji duren. Situasi menjadi panik. Pria tersebut berusaha menolong Ndam
yang tersedak biji duren dengan meminumkannya air putih. Air putih yang
mengalir masuk ke tenggorokan malah membuat biji durennya tertelan bulat-bulat.
Ndam terjatuh di lantai sambil batuk-batuk gak jelas. Matanya putih semua, seluruh tubuhnya basah
oleh keringat, dan mulutnya berbusa. Ndam direbahkan di salah satu meja bar.
Tubuhnya diselimuti dengan gorden bar dan jidatnya dikompres dengan pembalut
basah. Bar tersebut memang miskin kain. Tiba-tiba saja suatu suatu gejala
abnormal terjadi. Rambutnya berubah menjadi akar pohon, kulitnya mengeluarkan
duri-duri tajam, dan pantatnya mengeluarkan sesuatu...yang tidak lain, tidak
bukan...adalah...biji duren. Karena penasaran, bartender memegang biji duren
tersebut, dan tanpa disangka-sangka...biji tersebut meledak tepat di muka
bartender. Ndam pun tiba-tiba terbangun dari pingsannya. Melihat ciri-ciri
gejala itu, pria yang tadi menepuk pundak Ndam curiga bahwa Ndam telah melewati
suatu reaksi alamiah untuk berubah menjadi Manusia Duren. Manusia Duren adalah
legenda yang muncul berabad-abad yang lalu yang keberadaanya hanya dipercaya
sebagai mitos. Konon Manusia Duren pernah mengangkat patung Liberty dari Solo
ke Amerika. Pria-penepuk-pundak menganalisis kejadian ini. Menurutnya proses
transformasi ini berawal dari biji duren yang tertelan, kemudian bereaksi
dengan air yang diminumkan sesudahnya yang menimbulkan perubahan dna pada diri
Ndam. Namun seharusnya jika hanya biji duren dan air putih, reaksinya tidak
seperti ini. Setelah diusut lebih lanjut, ternyataa sebelumnya Ndam juga sempat
ngemil pupuk kandang. Otomatis pencampuran ketiga bahan berbahaya itu menghasilkan
sesuatu yang berbeda pada tubuh Ndam. Tidak hanya mendiagnosis gejala yang
timbul pada tubuh Ndam, pria-penepuk-pundak itu juga bisa membaca pikiran Ndam
melalui air muka dan air seninya. Pria tersebut membaca bahwa Ndam sedang
memikirkan tentang balas dendam dan toilet. Maklum, Ndam belum BAB sejak
Kelinci meninggal. Pria itu melarang Ndam untuk membalas dendam, katanya dosa.
Selidik punya selidik, ternyata pria misterius itu adalah seorang guru ngaji.
Ia pun menceramahi Ndam selama berjam-jam. Selama sepersepuluh jam Ndam
mendengarkan celotehan pria tersebut, namun ia tetap bergeming. Menganggap pria
itu berkata tidak jelas, ia bersikap tidak acuh dan keluar dari bar dengan
terseok-seok.
Saat berada di jalan, tiba-tiba wajah Ndam
tertutup oleh selembaran yang diterbangkan oleh angin. Penglihatannya menjadi
tidak jelas, membuat ia tidak sengaja meraba-raba pantat kuda. Ia mengambil
selembaran tersebut dari wajahnya lalu membaca isinya. Selembaran tersebut
berisi mengenai diskon koleksi bh untuk cowok. Setelah membaca urut sampai
bawah, ia menemukan sebuah kalimat yang aneh, seakan-akan surat ini memang
sengaja ditujukan kepada dirinya. Kalimat tersebut adalah, “Barang siapa yang
membaca selembaran ini, maka ia adalah orang yang mencariku untuk balas dendam.
Temui aku di gudang bh bekas dengan mengikuti petunjuk di bawah. Salam
cenat-cenut”. Mata Ndam terbelalak saat membaca kalimat tersebut. Emosinya
tersulut, kebingungan akan surat asing yang tidak sengaja ia temukan di jalan
tidak membuat hatinya bimbang. Tanpa pikir panjang, Ndam langsung mengikuti
petunjuk tersebut.
Setelah menggunakan petunjuk pada surat untuk
menuntun langkahnya melewati jalanan terjal dan gang sempit, sampailah Ndam di gudang
bh. Di sana sangat gelap dan sepi, tidak ada apa pun selain dirinya dan tikus
yang lagi kawin dengan belalang sembah. Ndam berjalan menyusuri tempat
tersebut. Tidak ada keraguan di setiap langkahnya. Seluk beluk ruangan telah ia
masuki, hingga ia menemukan satu ruangan kosong yang bersimbah darah. Dengan
berbekal lilin penerangan, ia memasuki ruangan tersebut. Suasana yang mencekam
dan bau yang menyengat membuat ia curiga kalau ruangan ini adalah toilet.
Ternyata benar, dinding ruangan tersebut ternyata tidak dibasahi oleh darah,
melainkan oleh mencret yang bercampur dengan cat air berwarna merah. Baunya
yang sangat menyengat membuatnya kehilangan konsentrasi. Langkahnya
terhuyung-huyung, kepalanya pusing, dan penglihatannya kabur. Di saat
kondisinya melemah, tiba-tiba dari tengah kloset muncul sekumpulan sempak yang
saling bergabung menjadi monster sempak raksasa. Dialah sang bos dari segala
sempak, Monster Sempak. Ndam yang kondisinya terus menurun menjadi sasaran
empuk bagi Monster Sempak. Monster Sempak menyerang Ndam dengan jurus “Raungan Serigala
Perawan”. Ndam yang sedang tidak berdaya terkena serangan tersebut dengan
telak. Di saat Ndam yang tengah sekarat dan mencoba pasrah untuk menerima
serangan monster sempak berikutnya, tiba-tiba saja muncul makhluk misterius yang
berdiri di depan Ndam menahan jurus “Harimau Pencakar Janda”. Setelah berhasil
menahan jurus tersebut, dengan langkah kilat, makhluk misterius itu membawa
kabur Ndam yang keburu pingsan sebelum sempat mengenali siapa gerangan makhluk
tersebut yang menolongnya.
Bersambung...
Idham Hanafiah : The Sempak Hunter (Bagian Pertama)