Ada sebuah pertanyaan lucu yang terlontar dari mulut temen
kantor:
“Hanafiah itu bukan nama cewek ya? Heheheh,” kata dia sambil
tertawa
“Eheheheheh, ” bales gue dengan tawa garing.
“Heheheheheheheheh,” masih terbawa suasana.
“Ngehyehyehyehyehyehyehyehyehyehyehyeh,” gue dibawa ke
sumber waras terdekat.
Adakah temen atau kolega cewek dia yang namanya Hanafiah?
Apakah dia udah melakukan survey? Kita cuman gak bisa ngejudge sesuatu yang
berasal dari luar pola pikir sebagai suatu hal yang aneh, karena pola pikir kita
bukan merupakan representasi dari common knowledge bagi semua orang. Reza,
Rizki, Resky, Dwi, Dian, Endang, Alex; nama-nama tersebut adalah nama yang umum
digunakan oleh 2 gender. Nama 'Yuri' yang selama ini kita kenal sebagai nama feminim adalah nama maskulin di Rusia. Bahkan nama bu guru matematika gue waktu SMA adalah
Dewa. So how can it be such a big deal??? Di belahan dunia sana ada cowok yang operasi kelamin jadi cewek dan di sini kita memersalahkan pembagian nama maskulin dan feminim??? Kita ini tinggal di dunia heterokultur, dan tuntutan kita sebagai warga negara dunia tersebut adalah menyesuaikan diri dengan memperluas pola pikir, bukan malah menyempitkannya.
Saat itu gue menjelaskan singkat (karena gue gak mau
terlibat argumentasi ribet nan jauh pada topik sepele ini) bahwa nama ini
berasal dari nama "Hanafi". Nah, imbuhan ‘ah’-nya itu kayak semacem variasi
gitu deh. Saat itu pilihnnya kalo gak ‘ah’, ada ‘njing’, ‘nyet’, dan ‘tod’.
Waktu itu kebetulan aja babeh ngambil imbuhan ‘ah’ pas milih sambil matanya ditutupin. Lagian maksudnya
kalo gue googling nama “idham hanafiah” yang keluar juga nama laki semua
(ketauan nama pasaran, mungkin dulu babeh ngambil nama gue dari obralan di
pasar swalayan).
Hanafi-Ah